Wali, Ulama, Habib, Kyai, Tuan Guru: Fenomenal Pemersatu Milenial hingga Kolonial
Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwasanya: banyak sekali orang yang terkenal/masyhur dibumi namun tidak dikenal di langit sebaliknya mereka yang di bumi tidak terkenal/masyhur namun di langit mereka Masyhur familiar dikalangan malaikat-malaikat allah". Maka pertanyaannya adalah kita termasuk di bagian yang mana?
Indonesia memiliki banyak Kiayi, Tuan Guru, Habib dan lainnya yang sangat terkenal, bahkan memiliki media sendiri dalam menyampaikan dakwah kepada ummat islam terkhusus dan kepada seluruh agama lain secara umum.
Namun sosok ulama,kiyai kali ini dengan gaya dan ciri khasnya beliau yang fenomenal berpedoman pada persfektif sendiri atas dasar kealiman dan kata "Wali" yang sering beliau ulang berkali-kali disetiap pengajiannya menyampaikan hal dalam sebuah laman youtube:Kajian Islam pernah mendakwahkan point penting dalam kehidupan antara lain yaitu:
"Jangan terlalu membesar-besarkan hal yang berpotensi membuat orang biasa jadi susah menjalankan syariat islam. Hindarilah omongan seperti; misalnya saat Ramadhan:'Rugi!', Ramadhan hanya sekali dalam setahun kok gak sholat tarawih di masjid berjamaah.' itu namanya tidak menghargai perasaan orang biasa/lain.
Di luar sana itu, ada yang bekerja sebagai satpam, penjaga toko, tukang ojek, tukang parkir, dan banyak pekerja di malam hari. Mereka juga ingin tarawih, tapi mereka sedang bekerja. Tarawih itu sunnah. Sementara mencari nafkah itu wajib!. Menghindari diri dari kemiskinan secara ekonomi supaya tidak menjadi beban orang lain, itu hal yang utama. Dan dalam riwayat sudah jelas sekali, Kanjeng nabi itu sangat mencintai salat tarawih, tapi suatu waktu dengan sengaja beliau meninggalkannya setelah beberapa hari mengerjakan, supaya tarawih tidak dianggap sebagai ibadah wajib oleh para sahabat kala itu.
Bahkan dalam hal salat wajib, Gus baha' juga mewanti-wanti betul agar imam shalat jangan terlalu lama membaca ayat/bacaan shalat. Kanjeng Nabi saja suatu saat mengimami shalat, beliau mendengar bayi menangis. Lantas' saat itu Nabi mempercepat shalatnya. Khawatir ibu anak itu adalah termasuk bagian dari makmumnya.
' Suatu waktu, Gus baha' berkata beliau pernah di sowani oleh kiyai yang menggerutu/mengeluh karena jamaahnya tidak bertambah.
Denga Ketawa beliau menjawab." Lhoo orang yang tidak datang, jangan-jangan sudah hebat.!"
kok bisa Gus,? Jawab Kiyai "
"Kamu kan mengajarkan supaya orang berbuat baik pada keluarganya, mungkin orang yang tidak mengaji/berjamaah itu sedang mempraktikkan ajaran itu. Dia makan bakso dengan keluarganya.
"Kamu kan mengajarkan supaya orang mencari nafkah halal. Nah! orang yang tidak datang itu jangan-jangan sedang bekerja mencari nafkah yang halal untuk kehidupan keluarganya.
Kiyai itu terdiam. "masak sih Gus? "pungkas kiyai.
"Lhoo kamu itu dikasih tahu kok gak percaya.
Makanya jadi kiyai itu yang bijak. kiayi itu penyangga umat banya. Kalau mau bikin kajian, ya jangan saat orang bekerja. Jangan sampai orang-orang berfikir bahwa islam itu hadir sebagai masalah."
Dengan demikian Fatwa beliau (Gus Baha') ini sangat bijak dengan kecerdasan logika berfikir sesuai dengan kaidah Lughah tidak sedikit membuat orang-orang tertampar oleh setiap fatwa dan penyampaian beliau yang hingga saat ini masih dan akan terus menjadi rujukan ummat yang mencintai persatuan, kedamaian hingga islam benar-benar dirasakan sebagai solusi hidup berbangsa dan bernegara dalam bingkai ukhuwah islamiah.
Semoga ulama-ulama seperti beliau akan muncul lebih banyak lagi demi tegaknya ajaran islam rahmatan lil alamin.
Belum ada Komentar untuk "Wali, Ulama, Habib, Kyai, Tuan Guru: Fenomenal Pemersatu Milenial hingga Kolonial"
Posting Komentar