Atap Mendung Kereta Hati
Selasa, 22 Desember 2020
Tambah Komentar
Trenk...trenk... Trenk.... Lonceng bunyi kereta nyaring ditelinga. Jejeran kursi bertumpuk rapi dipenuhi raut muka bercampur terlihat semua. Barisan garis kuning rambu dipadati kendaraan bermerk nan berkelas jenis nya.
Retail modern beradu transaksi konsumen pembeli dengan mesin transaksi tanpa bunyi, para crew karyawan hingga pimpinan mengambil alih posisi sesuai prosedur operasional.
Ada juga hewan kesayangan sahabat nabi berlalu lalang melintas zigzag setiap ada rizki yang dirasa dapat disantap. berkali-kali panggilan itu terdengar agar para pengguna tidak ketinggalan pesanan gerbong yang tertulis pada genggaman.
Perasaan sedih tetap saja hinggap, menyadari diri ditinggal, merasakan hati yang tetap belum berakhir dari kata bimbang, memikirkan pekerjaan yang tak kunjung menunjukkan titik terang. Begitulah sementara sikap dari buah pikiran yg ada.
Q melirik kekiri, ternyata bukan dia yang kutuju. Q menengok kekanan ku melihat ada wajah jelita dengan mata berbinar namun tertutupi masker. Ah! Tidak.! Tidak.! Aku tidak mengenalnya " Sapa gak ya? " Kata hati. '
Tetap tidak! sebab ada hati yang harus dijaga, ada hati yang harus di perjuangkan. Ada hati yang sedang bertahan, Ada komitmen yang masih tertanam, ada jantung yang masih berdenyut kencang, ada tuhan yang setiap saat siap melibas keganjalan!
Tetap tenang, kata hati yang mulai berbisik bisik sepi " Ada gejolak menyusupi, genderang ditabuh semuanya pasti bergegas. Bergegas menemukan celah celah solusi problema yang tengah terjadi.
Kasak kusuk nasihat berupa masukan datang silih berganti, menyarankan ini dan itu! Namun tetap saja tak mampu memecahkan segala yang daku harapkan.
Bagaimanapun juga sebagai korban jiwa kalbu semanis madu, tetap akan kembali pada diri sendiri karena hatimu hanyalah milikmu dan milik tuhanmu.
Merubahnya perlu syarat, mengalihkan-Nya perlu rambu rambu, menatanya memerlukan pembiasaan, membahagiakan-Nya juga menunggu proses panjang sebab sejatinya bahagia itu relatif adanya.
Mulai hari ini katakan pada cerminmu aku bisa menentukan dari arah mana pemikiran ku bermula dan kemana akan berlabuh hingga pada waktunya akan tepat sesuai kehendak pemiliknya.
Ayuhai saudara, ayuhai saudari jangan bermegah kesana kemari agar selamat belakang hari,
Rajin berguru pada ahlinya *
Bait Sang Pahlawan Nasional NTB
sebagai penutup coretan momentum ini.
Wallohu a'lam.
#MenuliskuSebabMerdeka
Belum ada Komentar untuk "Atap Mendung Kereta Hati"
Posting Komentar