Mendayung Tanpa Layar
Kamis, 18 Maret 2021
2 Komentar
kalimat ucapanku ingin rasanya aku cabut, dan menggantikan dengan yang berbobot.
Tanganku kaku, kakiku kejang. kenapa selalu
teringat penyesalan atas kejadian itu?." Bisik Thorik dalam hati.
"Demi apapun aku tidak menyangka akan
terjadi. demi apapun hal, jika waktu seperti
sampah plastik? Tentu akan ku daur ulang menjadi manfaat lebih dari sebelumnya,dan jika dapat terulang akan ku berikan kepastian maslahat bukan mafsadat, namun apalah daya kebaikan Tuhan lebih dari daya dan upaya seluruh insan. Lanjut "Thorik".
"Bodoh sekali terasa mengatasi satu jiwa saja tak mampu mendapatkan titik terang. Goblok! pantas tersemat kata cacian itu untuk hati-mu yg berasmara diperbudak cinta hamba durjana." Tidak! Tidak!
.....***
Tetapi.
Apa salahnya mengeluhkan gajah yang keluar dari lubang semut?!
Apa salahnya menyesali percikan air mengenai muka, padahal pelakunya adalah tangan sendiri?!
Apa salah jika hati tidak jauh dari jantung sendiri, padahal perasaan mu tertuju ke manusia?!
Yang menentukan usaha adalah manusia, yang bertawakal adalah pekerjaan setiap yang
bernyawa. Diperbudak ataupun tidak kiranya, itulah nilai pada manusia. Nilai moral spiritual yang menerangkan tentang kepemilikan atas hawa nafsu atau dalam kurung 'Manusiawi'...
Jelas! perasaan adalah bagian inti dari kejiwaan sikologis setiap manusia.
***
Ayooo sadarlah,! engkau sadarlah wahai "hati"!
jangan membuat saraf merekam isi kepalamu lagi!?
"Kasihanilah jiwa tuanmu, jgn goyahkan dia!
Tuanmu masih punya misi yang akan dipertanggungjawabkan menuju buaian sang pembawa syurga yang ditelapak kakinya terdapat Syurga".Thorik kembali membakar semangat dirinya.
"Bantu ia wahai hati." Tuanmu sedang tidak
baik baik kondisinya, sudah Sepekan berlalu masa dipendamnya.
Ia mencoba hilangkan? namun ketika sendiri kembali teratapi hingga muncul dipikirannya tentang kebaikan dan kebersamaan indah tanpa banyak halangan kendala".
Ia berlari kencang menuju keatas bukit tinggi
namun ternyata ia tidak menyadari bahwa itu adalah tumpukan tanah-tanah. Ia bersembunyi ke Goa yang sepi akan tetapi ia tidak menyadari itu hanyalah sudut pojok kamar yang cahaya lampu tidak menjangkau.
Lalu ia kembali menyusuri jalan bersembunyi
di tengah hutan, akan tetapi kembali kesadaran pikirannya membawa nya tidak melihat sekitar, bahwa itu adalah pohon jati yang tumbuh mepet berjarak 3 meter saja dengan rumput 3,5 meter membumbung lebih tinggi dari badannya.
***
"Sukar oh pemilik qolbu.!" Thorik Memaki.
***
"Datangkan yang lain kepada-Ku? Tidak perlu
lama-lama cukup sampai pada awal bulan mendatang saja, setelah itu mohon diganti dan ditata kembali ia pada tatanan kenikmatan sejatinya yang hanya diri serta tuhan sebagai pengabdian-Mu semata. Oh tuhan! yaa Robbi. ###
#MenuliskuSebabMerdeka
#Set_Focus
Hai thorik, sabarkan hati untuk mengabdi pada ilahi robbi
BalasHapusGasspol, Nahdoti!
BalasHapus