Selendang Peri di Senja Hari I

_______
Barangkali para pembaca yang budiman penasaran dengan sosok perjalanan kehidupan dari kelanjutan peristiwa Thorik dan Nahdoti didalam cerita sebelum-sebelumnya. 

Pada pukul jam saat ditempat penulis ini, dengan waktu yang banyak menguras tenaga terutama imajinasi, izinkan penulis kembali merenggangkan dua jempol ini memuji dan mengagumi sebagian perjuangan sepak terjang Dua Nama dengan awalan (T & N) yang kira kira membutuhkan banyak waktu jika dibaca maupun disimak tuntas seluruh bagian-bagiannya yang secara terpisah disuguhkan kepada pembaca. Harapan penulis, mudah-mudahan dapat menggugah inspirasi pikiran dengan; berfikir Global berakhlak lokal dan berbudaya original. 
______________
Di (-H-) Min Empat Belas, Thorik bersepakat untuk melakukan pertemuan kecil kecilan disebuah cafe yang berada diatas bukit perumahan. Setibanya dilokasi terdapat ada empat titik ruang duduk yang di sket-sket dengan besi terpasang setinggi dada berada sekitar area, dengan meja persegi diapit oleh kursi kayu besi. 

Terlihat dua ayunan tertanam terpasang disamping taman. Tampak menjadi view, Tol membentang disisi jalan besar sekitar 200 an meter dibawah permukaan, jika dipandang dari atas terlihat jelas mobil-mobil berlalu lalang. 

"Dek mau snack apa"? Tanya Nahdoti ke dek Rasy. Yang ikut menemaninya. 
Kentang goreng?. Kentang goreng colek saus?. Kentang goreng aja yah! 
Okay.! Mbakk.... 

"Mas mau maem snack apa!? Makan sekalian 
aja. Nih! Pilih menu sendiri?!. 
Ini Chicken!?, 
ini chicken dengan telur plus nasi.? 
Chicken dan telur aja yah.! Spesial menu nih!." Tangan Nahdoti menghentikan telunjuk nya. 
...
Mereka memilih tempat sisi pojokan. Tersedia 
ada terdapat sedikitnya 6 tempat dengan masing-masing satu meja persegi sama sisi tersedia. 
Semilir Sore menemani makan mereka bertiga, hidangan minum terpesan dengan tiga rasa berbeda-beda, ada Jus Susu, ada Rasa Stroberi dan juga Lemon tea panas. Semuanya tersuguhi sesuai yang telah dipilih pada list lembaran kertas putih pesanan.
 
Ayunan bergerak ditiup angin, bak jilbab biru 
dongker terangkat melingkari leher tuannya. Tupai-tupai berjalan sambil beratraksi licin dikabel listrik yang terbentang mengalirkan arus ke pencahayaan cafe. 
... 

1 Komentar untuk "Selendang Peri di Senja Hari I"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel