Selendang Peri di Senja Hari ~IV~

Tuntaskan menyimak bagian sebelum ini, okay? 

...>>>>
                              ......... 
Sosok Fitri merupakan bagian dari keluarga 
Nahdoti yang dipanggil dengan istilah sepupu. Semasa kecil Nahdoti pernah digendong bahkan hampir setiap hari ketika ibunya pergi bekerja, yang menemani, yang memberikan makanan hingga yang memapah dan menyuapi, memandikannya tiada lain adalah sepupunya yaitu Fitri. 

Pernah suatu masa, tatkala Nahdoti kecil 
(Anak Usia Dini) asyik bermain dihalaman rumah tetiba Fitri Menstarter motor "nndereennnn enn" untuk beranjak pergi. Waktu itu dalam urusan pendidikan, Nahdoti dengan bathin pekanya merasakan Aura kepergian seseorang yang akhirnya membalikkan badan menoleh, matanya tajam melihat sontak seketika mulai menangis. Menangis nya bukan main " iiih yaaaaaa eemmmm......" 

Terdengar memekik telinga nyaring kencang, 
padahal disitu ada ibunya yang melahirkan, namun aneh justru yang terjadi adalah yang membuat Nahdoti kecil menangis itu Fitri bukan sebaliknya. 

Nahdoti tertatih-tatih merangkak mengejar, tak 
peduli yang dilewati lutut mungil itu ternyata ada tiga anak tangga, juga terdapat tanah berdebu dan serakan kerikil-kerikil betebaran di pekarangan rumah. Nahdoti kecil secara pelan-pelan memegang slop sepatu Fitri, ia kemudian meraba Gamis biru dongker berlipat-lipat motif kusut bawah untuk bertumpu, hingga akhirnya berdiri memegang spakbor box depan matic motor yang dikendarai Fitri. 

Ibu Nahdoti hanya memerhatikan dari pintu utama teras rumah, tangannya menyentuh memegang sembari menempelkan pipi kirinya ke pintu berwarna biru muda dengan dua jendela kaca bening.

Peristiwa itu membuat sang Ibu mulai terpukul hatinya, hingga tangan kanannya menghentikan/memoles aliran butiran permata bak kristal-kristal kecil yang ia tidak rela jika terlihat oleh Fitri dan Nahdoti. "Semoga suatu saat, aku akan lebih dekat dan berjanji akan membahagiakanmu nak. " Lirih ibu penuh sayang dalam jiwa sanubari. 

Kedekatan emosional sedari kecil itulah sebab kecintaan dan kasih sayang Fitri terus terpatri. Selaku sepupu yang amat disayanginya, Nahdoti ingusan telah beranjak dewasa sudah siap menjalani rumah tangga yang beberapa hari lagi akan melangsungkan pernikahan kira-kira pada bulan April. Yang artinya sudah lahir bathin siap melakukan janji suci. Fitri sibuk menyiapkan segala keperluan sepupunya itu. Dari persiapan urusan dekorasi hingga konsumsi. Dari persiapan andang-andang hingga penyebaran undangan.
                                  ..... 
"Mas!. mama juga pernah bilang: Siapapun yang datang lebih dulu meminta, maka itu yang akan diterima menjadi menantunya. Dari kedua alasan itu saya bercermin dan mulai berfikir bagaimana seharusnya yang baik untuk diterima. Bahkan saya sempatkan diri bersujud ke pangeran Gusti sing maha tresno meminta terbaik, hingga bilangan sujud itu beratus-ratus kali jika dihitung terlaksana, sejak dimana pikiran mulai gelisah resah.

Mengalir air mata ini, merintih hati meminta agar do'aku segera dikabulkan. Aku tidak peduli apa yang terjadi diluar sana, tidak peduli cibiran para kaum-kaum 'Hasidin' laknat, aku hanya memohon dua tangan yang bertengadah ini 'Mas' sebagai bukti kesaksianku, mujahadahku kepada Allah agar diturunkan hidayah terbaik dari keadaan yang mepet bin gasek ini. 

"Ya allah tuhan, lancarkan sampai hari dimana orang-orang bersahut "Mabruk"... Mabruk!. Tentunya dengan lelaki yang sholeh bertanggungjawab Dunia akhirat. Itu Doa yang aku panjatkan sampai detik ini Mas! ". Timpal Nahdoti. 
...... 
Next_____>>>

Belum ada Komentar untuk "Selendang Peri di Senja Hari ~IV~"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel