Selendang Peri di senja hari ~VII~

Sebelum selesai dibaca,dipersilakan membaca bagian I-VI, InsyaAllah Ada pelajaran menarik.
_____))) 
Ada satu hal lagi yang menarik dari Sella yaitu kelebihan nya dalam menebak kartu Remi dengan mata tertutup. Ia cukup menghirup Aura kartu tersebut dan spontan langsung dapat menebak dan menyebutkan jenisnya. 

Lain halnya dengan adik bungsu yang paling bontot. Azam namanya. Badannya Sispek, pergelangan ototnya juga kokoh dan tak kalah keren nan kece apabila mulai mengeluarkan jurus maut dengan sekali senyum maka yang terimbas akan luluh seketika. Azam adalah adik bontot yang berprestasi buanyak, didasarkan pada deretan piala terpampang diruang tamu, Prestasinya tak hanya dikalangan regional saja melainkan pada tingkat nasional dengan peraih prestasi terbanyak dengan bintang gilang gemilang pada kategori Da'i/Muballigh Cilik. "Pokok e joz"!. Membaca komik dengan judul "Juki " adalah salah satu kegemaraannya. Berjejer seri-seri berjilid-jilid mampang dilemari kamar nya. Bahkan kamarnya dijadikan perpustakaan koleksi khusus komik " Juki " Mendominasi Selain buku bacaan lainnya. Membaca komik bagian dari hobi kesehariannya didalam penatnya aktivitas belajar. 

Azam Saat ini duduk dibangku sekolah menengah pertama, di sekolah pada provinsi Jawa timur. Ia berhasil masuk melalui jalur prestasi yang waktu itu didaulat sebagai salah satu siswa terbaik lolos sesuai kriteria Yayasan yang menyediakan beasiswanya. Seluruh kebutuhan ditanggung penuh oleh Yayasan Yatim Indonesia (namanya) sampai menamatkan jenjang sekolah menengah atas seperti janji pada MoU. saat ini, ia fokus dikader sebagai kandidat Muballigh muda mewakili Indonesia yang nanti nya akan mengikuti kompetisi tingkat Dunia pada periode tahun mendatang. Tak hanya itu. Ia juga sudah menguasai setengah juz isi Alquran yang insyaallah akan habis di lahap nikmat sebelum lulus dari sekolah menengah pertamanya. Azam saat sekarang, tinggal di asrama hingga kertas mengkilat menyatakan dirinya lulus "Mumtaz", dan tali Toga tersemat berpindah ke samping Kepala. 

Sungguh keluarga yang indah dan bahagia yang Syurga saja berebutan ingin memiliki nya. 
..... 
Semilir sore mulai meredup, terlihat diupuk Barat nampak goresan putih keabuan hitam dengan langit jingga membentang lebar. Awan-awan mulai perlahan menghitam, Gema murottal riuh bersahutan. Pengunjung cafe mulai bergegas antri didepan kasir dengan mengatur jarak dua meter (sesuai protokol kesehatan) dari masing-masing pengunjung. 

"Baik kalau begitu, apa yang sudah kamu paparkan tadi sudah lebih dari cukup mewakili jawaban yang luar biasa membuat saya penasaran, Ok terimakasih sudah berkenan hadir di pertemuan kali ini, Semoga...... "

" Semoga apa Mas!? Jawab! Mas mau bilang ini pertemuan terakhirkan? Tidak akan mau ketemu lagi? Nomorku akan diblokir!? Gitu kan!?" Nahdoti Keras Lantang. 

"Jangan Suudzon dulu!. Gak baik! Maksudnya itu, Semoga tetap sehat sampai hari (H) dalam lindungan Allah Subhanahu Wataala. Begitu! ".
" Lagian dari tadi mas dengan tutur katanya saya perhatikan detail sangat , bahwa kesimpulan nya akan sampai pada kalimat itu. Ehh.. kann, Mas belum kasih aku pinjam itu buku berjudul "Fatimah". 
...
Buku berjudul Fatimah itu adalah bagian dari paket bacaan religi yang tergolong " Wanita wanita mulia disisi Rosulullah ". Nahdoti sebelumnya telah menghatamkan buku sejenis dengan judul " Aminah ", " Aisyah ", " Khadijah ". Semuanya sudah dikuasai tinggal  yang terakhir yaitu dengan judul Fatimah.... 
"Masih bisa ketemu lagi kan? " Nahdoti senyum riang. 

"InsyaAllah jika kesempatan mengizinkan kembali bertemu. Ya udah ayo siap siap pulang. Ingat! Aku yang bayar. " Thorik beranjak. 
... 
Ranting-ranting pohon mulai samar-samar diselimuti kabut. Dedaunan sudah nampak layu lesu. Ciutan burung-burung hutan tak lagi ribut terdengar melainkan hanya kepakan sayap-sayap membisik ke telinga peka. 
Senja sore menjelang Maghrib, hari itu menjadi saksi bahwa cafe/tongkrongan perbukitan di area perumahan adalah pertemuan yang tak mungkin terulang kembali. Hanya akan menyisakan separagraf analogi tentang selembar selendang "peri" di senja hari yang tak nampak dilihat mata telanjang namun terbayang dipikiran insan seorang. 


#MenuliskuSebabMerdeka
#AkuTersesatdijalankebenaran
#Set_Focus

Belum ada Komentar untuk "Selendang Peri di senja hari ~VII~"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel