Sudut Pojok Kopi Tjarik (II)

Masih ingat dengan artikel *Sudut Kopi Pak Tjarik sebelumnya? 
Jika masih maka perhatikan cerita dibawah ini, jika belum, silahkan dibaca kembali agar alurnya dapat dimaknai juga nikmati. _____

Rerumputan hijau itu menari nari, tinggi pendeknya akan menentukan capaian tarian 
sepoy, ia terseok angin laut dengan gemuruh suara ssshh ssshh uuwwww... Sebuah pojokan, bersandar kayu bundar kering kerontang, tertancap akar akar cantik melingkar lingkar menyerupai gurita lautan. Batang kekar kokoh laksana kayu berbobot mahal pilihan, di bagian atas permukaan halus berbentuk ukiran, namun sayangnya tidak dimanfaatkan justru disandar membelakangi pagar pekarangan. Kerikil kerikil hitam mungil berjejer terserak menyamping dekat dengan sekerumpun rumput taman. Tanah lapang membentuk jalan berukuran dua meter dimuka bersebelahan rumput. 
.... 
"Bagaimana bisa sikap mu saat ini tiba-tiba 
berubah, coba tolong berikan Jawaban atas peristiwa tiga hari lalu". Tegas Thorik. 

"Begini sebenarnya, kemarin Ibu juga bertanya 
tentang engkau Thorik. "Bagaimana perjalanan mu dengan aku?." Dia masih belum 
memutuskan sebelum ujian akhir kampus 
rampung dikerjakan, artinya bahwa belum dapat kepastian ibu, masih menggantung". 
Nahdoti menirukan.! 
"Terus terus...!" Thorik semakin penasaran.

"Harusnya sebelum-sebelum nya sudah 
diberitahukan ke Mas tentang berita ini oleh keluarga maupun teman dekat, akan tetapi secara halus Saya menolak dan menahan beliau-beliau dan mengatakan lebih memilih pribadi langsung berbicara denganmu empat mata, guna untuk menjaga hati pikiranmu benar-benar terkontrol tenang tidak terlunta-lunta. dan Saya rasa hari ini pilihan baik menyampaikan sekaligus menguraikan apa sebenarnya awal mula perkara". Nahdoti meyakinkan Thorik tetap tenang. 
.....
..... 
Angin laut menerpa menggoyang pohon 
Bambu  lebat hingga daun-daun nya berguguran nyangkut diatap genteng genteng 
tanah. 

Suasana pojokan makin dipadati kendaraan 
pengunjung guna menikmati citarasa racikan kopi Pak Tjarik. Setidaknya ada tujuh Gedung dan Gazebo-Gazebo kecil terisi para penikmat kopi. 

Desain bangunan itu berbahan dasar kayu 
hutan pilihan. Ukiran ukiran bangku, kursi, dan mejanya terpahat membentuk rapi sesuai selera khas Jawa. Piring-piring, Baskom-baskom unik tradisional menempel pada dinding-dinding menghadap pandangan mata. 

Roda-roda becak era Belanda bahkan sepeda onthel baheulak ikut menghiasi accessories ruangan. Tampak juga pahatan raksasa sang Garuda dengan lima butir falsafah didada mengepakkan sayap tepat didepan atas pintu utama. 
.... 

"Lalu, bagaimana? " Tanya Thorik. 
"Sebagai seorang anak yang berbakti pada 
orangtua, aku harus tetap menjalankan perintah nya apapun yang terjadi, segala perasaan akan siap aku korbankan walaupun secara bisikan secuil memberontak. Sekali lagi saya memohon maaf yang sedalam-dalamnya, ini merupakan salahku sendiri, selama ini aku tak bisa membahagiakan Mas, aku tak mampu menjadi orang baik bagi mas dan tak bisa memberikan nasihat bijak untukmu selama beberapa tahun terakhir, inilah aku yang tak berdaya, Mohon do'a Mas agar aku kelak bahagia. "

"Tidak. Tidak. Aku yang salah, aku yang bodoh 
ini tidak menjelaskanmu tujuan dari keputusan yang selama ini aku tahan sekuat hati dan perasaan. Aku yang tidak pernah berani secara gamblang meminta ridha sang Ibu tercinta. 

Faa InsyaAllah untuk menebus semua itu, dalam waktu yang tidak ditentukan semoga aku dapat bersimpuh memohon maaf kepada beliau, telah membiarkan niatnya untukmu berada disisi denganku sebagai pilihanmu berlarut hingga kau terlepas tak mampu aku menahannya, tak kuasa lisan ini mengucapkan kronologi sesungguhnya. Cukup lidah yang tak bertulang ini akan mengatakan dengan penuh harap Semoga diikhlaskan dan ringankan kata "Maaf" Untukku. Aku tak ingin jika perasaan bersalah itu menghantui kita selama menjalani kehidupan fana' ini, cukuplah kita sama-sama ikhlas dan saling do'a agar kebahagiaan menyertai sepak terjang perjalanan dimasa mendatang." Thorik timpali kata maaf Nahdoti. 
... 

Belum ada Komentar untuk "Sudut Pojok Kopi Tjarik (II) "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel