Desiran Pasir Hitam

Di pagi buta tepatnya bakda subuh tertunaikan, kami bertolak dari rumah menuju kota pelajar, inisiasi atas ide ini dipelopori oleh sosok sahabat dengan alasan mencoba melepas penat, yang kata sebagian orang juga liburan dalam terminologi. 

Setibanya dilokasi tujuan, mereka memanfaatkan waktu mengelilingi pinggiran Pantai, menaiki kuda, mencari spot spot indah, melukis lukis pasir hitam, membuat Candi candi, semuanya dilakukan dengan harapan agar masa kecil dapat terasa dan dinikmati total di sore senja laut jam setempat. Hari itu selain sebagai liburan juga diniatkan untuk mencoba menghindari beberapa masalah yang melanda di tengah hiruk pikuk kehidupan kota. 
"Thorik nampaknya lebih banyak beban dipikirannya, ia sengaja memuat postingan pulang kampung di story WA-nya agar orang-orang yang melihat dibuat penasaran bertanya, dengan spekulasi masing-masing, entah pulang serius atau sekedar mengenang bahwa ia rindu kampung halaman saat suasana tak berpihak padanya. 

Tidak hanya itu, data paketan internetnya juga dimatikan selama sehari penuh, ia tak membalas seluruh pesan masuk kecuali dengan orang-orang yang sudah memahami tujuan dan perasaan jiwa nya." 

Thorik, Rof dan Joe menghabiskan waktu di pantai Laut Selatan yang konon katanya memiliki Ratu cantik bijaksana bernama Nyi Roro Kidul. 

Laut adalah tujuan akhir setelah singgah didua wisata religi yaitu: makam Raja-raja Mataram dan Makam Syaikh Maulana Maghribi. 

Setelah cukup puas dengan wisata seharian mereka kembali ke penginapan tak jauh dari pantai sekitar 70-an meter dengan kelelahan cukup, mereka merentangkan badan beristirahat agar esok nya kembali bugar. 

"Waktu menunjukkan pukul 02.12 Dini hari ringan kelopak matanya perlahan ia terbuka dan berkedip yang akhirnya dengan tumpuan tangan menahan badan 70 Kg daku terbangun duduk bersila. 

Terbangunku bukan karena terbiasa, melainkan penyebab dari suara gemuruh keras gelombang laut pantai selatan terdengar sepanjang malam. Pohon cemara dengan daun lebat yang rantingnya menopang seluruh dedauan kecil kecil segitiga itu, menghalangi pandangan mata memandang dari lantai dua penginapan saat Dini hari ingin melihat betapa dahsyat gelombang pasang surut yang terjadi. 

Semakin menjauh  terhiraukan suara gemuruh gelombang malah kian rapat terdengar, tetapi kali ini bukan suara kerasnya yang memekik ditelinga dan pikiran melainkan sifat dari gelombang nya lah yang berpotensi dahsyat terbayang."

Memang menulis skenario dramatisasi atas kondisi hati mudah di polakan, namun sifat nya tak mampu berpotensi hilang, hanya saja menguatkan fisik dan berpura-pura nampak bahagia sedemikian rupa... 

Next...... Part-
#MenuliskuSebabMerdeka

Belum ada Komentar untuk "Desiran Pasir Hitam"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel