Mencari Makna di Balik Suara
Kamis, 01 April 2021
Tambah Komentar
Baiklah... Kali ini mencoba beralih,
mengesampingkan dua karakter yang terus-terusan muncul mengguncang laman blog yang pembaca budiman terseret jika fokus jeli pada susunan cerita runut nya. Atau dengan tulisan-tulisan itu juga membuat sebuah kerisihan sebelum tuntas. Mohon dimaafkan hamba Ummat yang masih menulis belibetan...
"Assalamu'alaikum."
"Alaikassalam."
...
Malam itu, bukan seperti malam sebelumnya.
Jam itu, berbeda dari biasanya. Menit itu, tentu tidak sama dari jarum semula. Dan detik itu juga bukan hal yang pada umumnya ada. Padahal itu semua adalah satu waktu yang Tuhan tidak berkenan membeberkan nya.
...
"Bagaimana, sudah faham topik kajian malam
ini, atau tadi sudah dibaca referensi lain yang serupa sejalan dengan yang kita bahas. " Tanya Toni.
Thera bingung linglung "Maaf, maksudnya apa?
sumpah! aku tidak mengerti apalagi faham. Tolong dijelaskan saja. "
Toni mulai mengambil ancang-ancang yang tepat. "Aku akan bersuara dan menyampaikan nya dengan perlahan, tolong didengarkan!
Pada masa itu tatkala para novelis/penulis menjajakan pena nya dengan tinta natural (murni) berbahan dasar tumbuhan alam... dan. "Toni berdiam sejenak melepas smartphone, tangannya melayang.. Pplaaakkkk "Mampus lo Makhluk ga berakhlak, bisanya keroyokan aja, sini duel?! Ta telen mentah-mentah mau!?. "
" Yaallah Rabbi. Ternyata y malek berangkak
(berburu nyamuk). Hohoho.. " Thera ngikik hiks hiks...juga memuji tuhan. "Terus....terus.. lanjutkan yang tadi dong! Kan sudah dapat binatang buruan. Hihi"
"Emang dihutan berburu? Mulai wah ngolok-olok ne ( mengejek/bercanda). "
.....
Canda tawa tersembunyi di Tengah perbincangan Aura energi menjelang larut
Malam yang beberapa menit lagi berganti hari pada pukul setempat
.....
"Sampai mana tadi...? "
" Sampai disini!."
"Ditanya, serius malah bercanda. Mau ta lanjutin apa gak nih.?. "
"Yaa yaa.. Oke, tadi sudah sampai, Dan...Apa gitu! "
"Okay! Dan pensil/batangnya terbuat dari kayu,
ujungnya diiris tajam dengan lubang kecil seukuran setitik tetesan tinta jika mulai diletakkan membuat karya karya tulisan baik cerpen, puisi, maupun biografi.
Kita sekarang ini, tak perlu bersusah payah
mencari ketengah kebun bahkan hutan hanya untuk mengumpulkan bahan bahan dasar yang diracik menjadi sebuah cairan tinta seperti beliau-beliau sebelumnya.
Teknologi sudah amat berkembang, kecepatan
arus informasi kian melesat jauh, semua dapat digenggam hanya dengan dua jempol. Sudah mulai faham? . "
"Sedikit, sudah masuk, aku menjadi pendengar
dulu, kakak lanjutkan.! "
"Jika ingin menulis, tidak perlu harus
menunggu pengalaman pribadi, bisa juga dengan pengalaman orang lain, atau orang-orang dekat yang dapat kita observasi.
Menulis itu dijadikan luapan emosi, bahagia
bahkan duka bagi sebahagian orang. Curhatan terpendam yang sudah sejak lama pun kita bisa jadikan menjadi sebuah narasi literasi tulisan.
Bagi sebagiannya menulis dijadikan hobi
setelah usai membaca sekian buanyak buku-buku, sekarang pilihannya ada pada sudut pandangmu Thera.
Lebih baik membuat jari tanganmu pegel linu
ketimbang berdiam diri melongo tak menghasilkan apa-apa dan malah tambah stress dengan beban yang bertumpuk dipikiran. " Toni Masih Terdengar Serius.
...
Badan mulai tak betah bergerak-gerak, bulu
mata nampak sedikit menyatu bergabung membentuk jembatan tebal bak deretan semut beriringan
...
"Termasuk perasaan-perasaan spesial untuk
seseorang yang kita ingin membersamai nya dalam hidup, tapi belum waktunya. " Timpal Thera menyahut.
"Ciee.. Elah pengalaman.. Pengalaman.. Ya..!
mungkin juga termasuk itu bisa dibuat coretan liar melalui bantuan jempol dan jari lain." Sahut Toni.
"Okay.! Saya sudah mulai faham, kita cukupkan sampai disini bahasan perihal itu. "
"Ada hal lain yang perlu di diskusikan kembali? "..
Bersambung.....
Belum ada Komentar untuk "Mencari Makna di Balik Suara"
Posting Komentar