Merawat Cinta di Masa Pandemi
Selasa, 27 April 2021
Tambah Komentar
Beberapa kali ia membujuk menawarkan sesuatu yang tak lazim dikerjakan oleh seorang pemula yang baru berkecimpung dalam dunia fiksi.
Bagaimana tidak jika kemudian kondisi itu berbalik, bayangkan saja suatu masa ketika senggang waktu luang dikau tetiba mendapatkan kejutan berharga yang harus dikau segera replay jika tidak maka akan hangus, namun nampaknya membutuhkan catatan penting. Ehh malah hanya untuk menulis alamat saja kau tak mempunyai pena, kau tak punya tinta apalagi ingin mencoret tujuan yang tepat, yang jelas tidak tertuju pada point akhir.
Baik... Sebagai orang yang memahami sedikit Dunia imajinasi dan sesama manusia juga tentu ada peluang untuk merubah nawaitu dan memikirkan pinta awal tersebut menjadi lebih baik Maslahat-Nya daripada mafsadat tanpa perlu mengadopsi stigma tentang pemula dan senior demi memberikan senyum terhadap orang yang membutuhkan.
Dengan tenang ia berkata "Kak! Tolong dong buatin kisah tentang separagrafh cerita tentang narasi berupa cerpen cinta zaman pandemi ini?."
Dengan senyum manis menawannya Wahid mencoba menegakkan kepala sembari mengucap " Aku ini masih belajar. Belajar mencoret-coret sembari meregangkan jari, sebab semenjak pandemi melanda, rutinitas olahraga tak lagi intens dilakukan, segalanya kaku tak pernah bergerak kecuali jalan pagi dan sore serta Menari-nari kecil diruang tertutup kamar mungil berukuran 2*1/5.
Bagaimana mungkin daku bisa maksimal membantumu duhai Adinda tersayang? Minta bantu yang lain saja, jangan yang merangkum cerpen. sebab otak tak hanya diajak merangkai tentang yang dipikirkan sejenak tetapi juga membutuhkan ketajaman imajinasi fiktif mendalam. "
Wahid memanggilnya dengan sebutan "Adinda" sebab ia sosok adik yang amat dihargainya, cerewet jika bertutur kata tapi lucu jika ditatap bermenit-menit sebut saja namanya Saida.
Saida sekarang sudah sedang beranjak dewasa, banyak hal yang ia selalu pengen kepo-in terutama dalam mengolah rasa, gundah gulana, hingga bahagia kedalam narasi kalimat curahan berbentuk artikel tulisan bermakna yang ia ingin dapat dibaca oleh seluruh netizen diruang virtual. Masa-masa dimana seusianya mengalami tingkat pubertas melampaui diatas rata-rata, sehingga tidak heran jika oleh kakaknya ia ingin belajar sekaligus memohon bantuan untuk membuatkan cerpen tentang makna cinta dimasa pandemi, "Tema yang menarik dan dapat booming dikondisi sekarang jika terpublikasikan ke khalayak" Lirih Wahid dalam hati.
Namun lagi-lagi dengan kekeh Saida mencoba merayu sang kakak semata wayangnya yang sok tawadduk itu "Tolong lah kak? kakak kan ahli merangkai kata, multitalent, ganteng lagi, apalagi: pokoknya semuanya deh! Kakak itu sekali senyum saja, membuat wanita rapuh dan klepek-klepek hati-Nya. masak hanya separagrafh tentang sekelumit kisah cinta pandemi tak mampu tertuang menjadi sebuah cerpen unik? . "
"Tau apa kamu tentang senyum cinta dek? "
"Oo.. Tau dong, jangan salah. Aku pernah dengar langsung dari korban atas senyum kakak itu? . "
"Korban-Korban! Emang kakak ini penjahat apa? . "
"Kalem kak... Kalem! Slow... Maksud adk itu, Kharisma kakak itu sudah terbukti terhadap sosok wanita yang beberapa kali pernah cerita padaku tentang perasaan dan kehendak jiwanya pada-Mu Kak, yang setiap kali melihat fotomu saja hati-Nya berdegup kencang..dug dug...dugg.. Gitu! Hee. "
"Sudah-sudah.cukup! kakak tak mau dipuji-puji begitu, bukan waktunya.! "
"Sumpah kak, ciuuzz deh! "Sambil mengangkat dua jari telunjuk dan tengah juga berbalut senyuman lebar bibirnya.
Dengan sigap Wahid menggiring pembicaraan "Sekarang mau tetap kakak bantu atau tidak! Waktumu mengiyakan mulai dari detik ini! Titik...!"
"Iya.. Iya... Mau! "
"Ada yang lebih sopan cara menerima tawaran yang Baik dari yang lebih tua daripada-Mu, apalagi dengan kakakmu sendiri? "
"Njih.. Kakak Ganteng, siap. Adk mohon bantuan dan kedermawanan hatinya."
"Nah! Begitu. kan enak telinga menyerap lantunan itu. Hee..Ingat dek! tatkala seseorang yang berilmu tinggi sudah tentu mereka memiliki pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang Sains dan lain sebagainya yang sejenis, akan tetapi di zaman akhir seperti ini, yang paling banyak dilirik dan butuhkan oleh mata hati adalah bagaimana adabnya diimplementasikan antar sesama. Dan alangkah lebih indahnya jika memiliki ilmu tinggi tetapi adabnya melampaui ilmunya dalam arti kata mendahulukan adab daripada ilmu. Faham? "
"Njih Kak. Mengerti, Terima kasih atas pelajaran-nya hari ini. "
Seketika Wahid mulai merangkumkan adiknya Saida sebuah cerpen tentang bagaimana menjaga cinta yang indah tanpa bertatap muka di musim corona dengan pujaan hati yang jika disimpulkan benang merah dari esensi itu adalah cukup dengan beralasan "masih menjaga protokol kesehatan". Saida dengan sangat excited mengapresiasi karya kakaknya yang beberapa jam kedepan akan dikumpulkan olehnya via email ke dosen pengampu mata pelajaran Sastra Indonesia, sedikit tidaknya pengumpulan berakhir pukul 23.59 Wita.
Bagaimana kelanjutannya? tetaplah menjadi bagian sastra Indonesia yang menulis nya sebab merdeka.
#Saida
#Wahid
#Set_Focus
Belum ada Komentar untuk "Merawat Cinta di Masa Pandemi"
Posting Komentar