Ujian Ilmiah Itu Kian Sirna

Berperah keringat, berkelumit kisah dan banyak kondisi juga keadaan menentang kalimat-kalimat.  Emosi dan amarah menyatu dalam satu stap maps biru, kertas-kertas putih bertumpuk tak beraturan bercak tinta-tinta carut marut tak menentu mengotori tindihan abjad yang tersusun kalimat-kalimat. Semua pasti berlalu jika ditekuni, semua akan indah jika tangan-tangan tuhan ikut andil bersinergi percayalah semua bisa diatur dan baik baik saja.
Kerumunan anak Usia Dini ikut riang gembira, mengangkat tangan sembari berebut lontaran pertanyaan dari para guru-gurunya yang ikhlas dengan senyuman menawan. 

Kicauan komunitas Burung-burung saling dendang menari antar kelompok juga antar pohon lainnya. 

"Mas,! Tolong Hari ini lebih awal yaa, kita harus siap-siap dengan persiapan semuanya dulu, apa yang belum aku di tulungi ben iso walaupun nervous e get-getan masih meregangkan tubuhku. "
"okay, beres. InsyaAllah bisa diatur. "

Jalanan Pantura pukul 7 lebih seperapat. Di jam itu biasanya kondisi padat melanda, pada sisi tengah maupun diluar badan marga jalan namun tidak sampai pada sentuhan fisik motor para pengendara. 

Seperti biasa gerbang utama hanya terbuka sebagian saja, kira-kira seukuran motor, sebab masih tetap mengikuti saran pemerintah untuk tidak terlalu merebak transfaran diera pandemi melanda. 
'Joglo' Sebuah bangunan yang mirip rumah tua era kolonial kokoh berdiri didalam pagar  menyambut para tamu yang singgah memasuki area lingkungan asri bervisi berbasis alam dan religius.

"Link zoom nya sudah di shar-e dan mengingatkan dewan penguji belum bu? " Thorik Tergopoh girang. 

"Sampun tadi malam tapi mesti diingatkan lagi yah.? Okay lah aku japri beliau-beliau saja. " "Heeh! ".. 

" Mas, aku juga bawa almamater tuh supaya jaga-jaga siapa tahu dibutuhkan". "Oh iyaa. Betul good idea, aq lali ngabari. Ngapunten, ngapunten mohon maaf! " Thorik senyum-senyum sambil merenggang gigi gigi.. Hikshiks.. 
Layar cerah memancar tajam memantulkan dimata menerangi ruangan berbalut cahaya putih merata.

"Okay Mas, bismillah. Ini akan dimulai oleh co-host langsung juga sudah bergabung para penguji. " 
"Jangan lupa bismillah, sholawat, setelah selesai alhamdulillah dong. " He... 

Gestur tubuh itu mulai terlihat menggeliat, matapun tak berkedip, jari telunjuk mulai memencet tombol up and down. Sekitar 70 an menit berada khusu' didepan laptop silver bersih itu, tibalah waktunya kaki tangannya sudah mulai terlihat beranjak meninggalkan bangku dan meja kayu itu, setelah melalui perdebatan panjang, menerima kritik dan saran  baik menegangkan juga bikin gregetan mendengar suara 4 dewan penguji memekik dihati yang membantah seluruh isi karya ilmiahnya. Ia dengan mudah diterima dan dapat dipatahkan dengan argumentasi fakta lapangan, aturan pemerintahan juga melalui tambahan kerangka teori-teori pilihan. Akhirnya berakhir dengan senyum merona. 

"Alhamdulillah.. Ya allohh gustii, bar.. " Ibu En Lega bukan main. 

Thorik terlihat masih santuy menyeruput teh manis buatan ibu dapur yang tidak kalah manis jika tersenyum, sembari ditemani gorengan jagung yang masih mengeluarkan kepulan asap hangat, nampak tersipu malu sambil senyum senyum didalam hati, "Yess! maturnuwun ya Allah, beliau mulus ujian dan dapat memukau para penguji, semoga aku segera menyusul, aminn."

Hal apalagi yang lebih indah selain bekerja mengerjakan segala amanah yang diemban dengan keikhlasan lebih-lebih dilandasi iman dan ketaqwaan. 

"Mas. Selesai dzuhur kita beli Bakso ya, atau mau pilih apa terserah!?. "... 

" Ahaayyy, asyikk dapat traktiran. Terserah apa saja, yang penting mengenyangkan perut buncit Bahenol. " 
"Aku telpon Mba' il skalian yah, ben reuni kitah. Apalagi dibawa si gemoyy(anak perempuan) bakal seru dah, ada yang ngeributi."
 
Beberapa menit terhenti ditengah-tengah jalan, berteduh kendaraan roda empat yang terhalang mobil mobil tinggi besar, badan terisi kontainer box-box antar provinsi keluar dari kawasan industri. Tangan kiri bu En terlihat seregef gesit mengangkat rem tangan untuk mengejar nerabas bangjo (lampu trafic light) Ijo yang beberapa detik lagi berganti. Thorik dengan kaki naik bertumpu pada bagian box depan mobil, meletakkan siku menyangga dagu. 

" Alhamdulillah, pesen yang super special pokoknya hari ini syukuran kita. Mba il juga dipeseni nanti begitu sampai dia langsung santap. "

"Okay, siap laksanakan! "
.... 
Deretan meja dengan sofa empuk kuning terlihat terisi para pelanggan penikmat Bakso hari itu, pelayan-pelayan menebar senyum khas SOP standar. Mangkok mangkok mulai berisik kecil membuat bunyian., "ting.. Ting.. Ting.. ".
Mba Il, Bu En dan Thorik terbawa arus perbincangan serius namun santai, hingga mereka perlahan meninggalkan lokasi dengan memberikan oleh-oleh terakhir pada sang pengatur posisi motor menepi berada. Kendaraan nya perlahan samar terlihat, kian banyak kendaraan membuntuti mereka semakin lenyap dipandangan mata. 
~~~ 
#MenuliskuSebabMerdeka
#Set_Focus

4 Komentar untuk "Ujian Ilmiah Itu Kian Sirna"

  1. Balasan
    1. Pura-pura bahagia nya dilanjut kak.. Penasaran.

      Hapus
  2. Mana si nahdhoti? Kok lama tidak terdengar ceritanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih diolah diksi satra yange menarik untuknya kak, ditunggu aja atau klik langganan.

      Hapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel