Hari, H-ah Tiba dan H-ah Tiada (1)


Selepas ibadah sholat subuh tertunaikan, yang saat itu diimami oleh Ustadz Salim, pada rakaat terakhir beliau menutup dengan Surat al-imran ayat 191: robbana Maa kholakta Hadza Batiila Subhana Fakina Adza bannar (maha suci Allah yang menciptakan segala sesuatu yang ada dalam keadaan berguna semua/tidak ada yang sia-sia) juga merupakan Sesepuh yang didaulat menjadi Imam tetap masjid yang terletak berada di tengah perkampungan elit. 

Selekas badan merasa bugar setelah dibilas dengan guyuran air mengalir. Rasanya Curhatan tak lagi perlu diceritakan! Perasaan hati, tidak lagi dibutuhkan! Mengelus dada sudah tidak lagi berguna! . 

Membuka story hanya untuk mengetahui kabar, bukan lagi konsumsi rutinan! Apalagi harus menjaring informasi ke seluruh media sosial, sudah tidak layak dan tidak pantas! hanya sekedar menanyakan apalagi tentang jam: Kapan akan dimulai prosesi sakral.?

Degup hati sudah tidak lagi kencang, sebab tidak terukur sudah melampaui denyut yang over dari yang normal. Tetapi, tentu jika hanya untuk mengisi perut bukan menjadi perkara hati. Jika sudah waktunya makan maka tidak boleh ditunda bagaimana pun Prahara yang menimpa, sebab apabila tidak terkontrol akan lebih berdampak dari apapun jua. 

Percakapan malam tadi masih terngiang dan masih berat di alam pikiran Thorik antara hadir atau tidak! Dua konsekuensi yang lumayan membuncah dihati, disatu sisi mengiris perasaan hati namun, pada perspektif Agama sangat dianjurkan berada ditengah tengahnya. 

Tidak hanya sampai disitu Thorik dilanda kemurungan yang dahsyat. Sebelum nya ia berusaha meminta saran dan nasihat bagaimana Jalan terbaik terutama kepada Ibu En selaku teman yang ia anggap lebih kaya akan pengalaman hidup dan dianggap bijak menghadapi problema rasa cinta, dikesempatan lain juga ia meminta pendapat pada Mas Yud yang juga pernah mengalami hal serupa Persis yang ia alami saat ini. 

Thorik terpaut pada pokok alam pikirannya yang menginginkan harus benar-benar hadir di hari H tersebut, apapun yang terjadi itu urusan dikemudian waktu. "Pokoknya Saya harus hadir sebagai bentuk apresiasi dan reward terakhir atas kebahagiaan nya, kebaikan nya, harus saya berikan support. Bagaimanapun juga apa yang akan dilaksanakan adalah perintah agama dan tentu juga bagian dari mengikuti sunnah Rasullulah, : Annikahu Sunnati Pamanya'lam Bisunnati Falaysa minni.

Ehh! tapi yang namanya hati, dalam benak sebiji dzarroh sekalipun selalu terselip perasaan.... Ah sudahlah.! " Dalam angan-angan Thorik bersemayam sembari berusaha tegar. 
"Masa ia saya harus datang dengan sosok perempuan yang ditawarkan Ibu En kemarin? Apa layak menggandeng pendamping secepat itu!? Ah tidak masuk akal! Tapi daripada terjadi hal-hal di luar ekspektasi."
___1_

Belum ada Komentar untuk "Hari, H-ah Tiba dan H-ah Tiada (1) "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel