Terkenang Alam Teruntuk Pembelajar

Air yang menggenang itu bukan tidak bergerak. Ia hanya tertahan oleh gulungan tembok beton dihulu dan Hilir. Tetesan air itu siap menyatu jika diperintah tuannya yang sewaktu waktu dapat disiagakan menghantam pembatas pada sela-sela, yang tidak menutup kemungkinan juga berkesempatan menjebol dahsyat pembatas. Adapun sebaliknya justru meredamnya titisan air tentu akan menitik mencari celah-celah tipis maupun lebar memanjang demi mengaliri diri agar tetap bernyawa secara hakiki sebagaimana fungsi utamanya yaitu dapat bermanfaat bagi makhluk seantero bumi jagat raya ini yang dalam lembar catatan lauhil mahfuz tergariskan atas rizki oleh pemiliknya.

Sisi lain manusia insan tidak sadar dan tidak mau belajar mendalam hakikat alam sekitar akan esensi tersirat. mereka atau kita lebih tepatnya, hanya mengerti tentang kebutuhan pribadi, tidak peduli bahkan senang menghambur-hamburkan, tidak mampu mengontrol, canggung, gengsi terkena percikan apalagi bermain dengan irigasi bernama selokan.!?

Sementara dampak yang akan terjadi akan lebih besar akibat dari kelalaian yang didasari atas sadar. Kebahagiaan saat itu adalah fatamorgana dan tanpa kita mengerti air itu barangkali sedang berteriak: Berikan Aku Jalan, Aku ingin mengalir dengan tenang". Tetapi sampah plastik menyumbat, sementara manusia abai walaupun terlihat spele di mata telanjang. 

Lalu analogi kedua, Pohon dengan daun dan buahnya yang lebat ingin tetap menghijau!? 
Ingin tetap tumbuh menjadi peneduh!? 
Ingin tetap kokoh menjadi penetralisir angin dan badai!? 
Ingin tetap menggugurkan daun jika musim semi tiba. Dengan daun kuning dan keringnya ia ingin menjadi pupuk bagi tanaman,  ia ingin menjadi perantara Rizki bagi tukang sapu jalanan dan ingin tampil eksis menjadi baground pemandangan beranda media sosial. 

Dan selanjutnya adalah Ranting! Ia berharap dijadikan Pagar pembatas antara rumah tetangga berbahan dasar utama kayu, dan ranting itu akan sangat berterima kasih jika potongan-potongannya dapat bermanfaat untuk disulut sebagai kayu bakar dalam melangsungkan kehidupan beberapa keluarga primitive kawasan.  

Namun manusia lagi-lagi membuyarkan harapan itu, tidak mau tahu. tidak peduli apa kejadian setelahnya. Dengan tangan serta kekuasaan melegalkan perizinan misalnya kemudian membabat habis sendi-sendi itu. Ia! Itu Baik, jika dilakukan reboisasi. Bagaimana apabila tidak diindahkan? Ambyar!!! 

Air dan Pohon adalah satu kesatuan erat sebagai penjaga alam lingkungan. Juga sebagai penyejuk hati setiap insan yang hatinya gundah gulana, juga menjadi penawar seketika. Dapat tenang duduk berteduh dibawah pohon sembari mengayunkan kedua kaki tanpa terasa ujung jari-jarinya menyentuh permukaan air, Duh Nikmat nya.....! 

Kain sutera yang menjadi penutup kepala  bermotif jenis Diamond tidak luput terseok angin sepoi, menyebabkan sibakan melipat menutup bibir hingga indera penciuman laksana masker nyantel terpasang pengait. Reflek! gerakan tangan dengan lunglai lembut diturunkan ke posisi awal adanya. 

Semua itu dapat dinikmati dengan mudah disebuah tempat luas terbentang berhektar menyajikan arsitektur unik, dibangun berdasarkan kearifan lokal daerah setempat yang terintegrasi antara perpaduan wisata global, bernama Grand Maerakaca Semarang. 
Indah dikenang dan indah pula disatukan dalam tulisan, Terimakasih. 
#MenuliskuSebabMerdeka
#PenaDeddet

Belum ada Komentar untuk "Terkenang Alam Teruntuk Pembelajar"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel