Ayang. Bersediakah engkau!?
Sabtu, 05 Maret 2022
Tambah Komentar
Abu-abu dan keabu-abuan. dua sinonim kata yang memiliki perbedaan signifikan. Perbedaan yang menjadi tanya besar dari sudut pandang objek pengucapan verbal. Jika kata pertama diartikan sebuah warna, maka padanan kata kedua dapat dimaknai sebagai sifat dari warna. Kira-kira dapat penulis maknai secara personal menjadi keterangan perasaan tanpa ada titik temu sebenarnya.
Bertemakan perasaan, tentu akan banyak menyangkal, banyak pula menimbulkan tanda tanya besar. Jika kemudian keabu-abuan dibawa ke ranah hubungan perempuan dewasa jelas menjadi problem menentukan arah untuk berkiblat. Jika di deskripsikan dapat diinterpretasikan pada kiblat masa depan yang diberikan sesosok lelaki sederhana nan dewasa selalu saja memberi celah. memberi peluang untuk membebaskan perempuan pada jeruji rasa bertembok baja dalam rangka, untuk mencari kesenangan, kepuasan bathin serta mencari kebebasan tanpa ikatan menjalankan luas nya pengalaman hidup yang berkehidupan.
Perempuan mana yang tidak ingin memiliki harapan masa depan?
Wanita mana yang tahan pahit getir nya menanggung beban rasa terhadap lelaki yang didamba?
Kaum hawa dari golongan apa yang mampu menahan isi hati-Nya dalam lingkungan sebangsanya?
Berbagai riset lapangan telah membongkar segala gerakan dan pengalaman yang berlalu telah terjadi, golongan hawa selalu memiliki kawan curhat, memiliki berbagai cara untuk mengungkap segala apa yang telah dialami, segala apa yang telah merasuki jiwa, segala apa yang mampu meresap dan membekas dalam diri sanubari qolbihi.
Setiap hawa punya cara dan taktik menghilangkan kelengketan benalu-benalu yang menggerogoti hatinya bahkan, tidak banyak yang insecure terhadap kelakuan serta sikap lelaki. Sekian dari kondisi yang terjadi tidak ada unsur perlakuan lelaki melukai secara fisik, tidak ada bekas memar membiru di wajah apalagi, patah tulang di seluruh anggota tubuh. Tetapi ternyata, lebih dari kerusakan-kerusakan seluruh badan secara bahasa. Hanya saja kerusakan timbul yang di sayat adalah perasaan dan ketegangan emosional yang berdampak pada ketahanan spiritual bathiniah.
Memang, sebagian besar perempuan muak dengan keabu-abuan lelaki jika, disuruh mendekat ke ranah keluarga agar keabu-abuan itu dapat abu-abu menampakkan warna. paling tidak, mengetuk pintu kamar sang ayah ataupun bunda, namun sosok lelaki tersebut tidak memiliki keberanian ataukah tertunda? yang akhirnya selalu di justifikasi sebagai ketidakjelasan hubungan atau kembali pada topik sebelum nya masih berjalan dalam warna keabuan oleh sang perempuan.
Yang pada akhirnya terdapat dua kemungkinan perempuan: Pertama, mengabaikan moment menjalin hubungan tanpa mengikat dan don't care atas laki-laki yang berkarakter keabu-abuan. Dia lebih memilih siapa yang datang untuk nya datang bersila berhadapan bersama sang Tuan.
Kedua, tetap menunggu keabu-abuan itu sampai kepada, ada omongan/pemberitahuan dari lelaki yang di harapkan. Dengan tujuan, tetap menunggu berdasarkan kekuatan filling perasaan, artinya keyakinan lah yang bergejolak ikut bermanuver memantau pergerakan.
Ketiga, menyelesaikan dengan melakukan konfirmasi secara jujur dan transparan antara, dilanjutkan atau memutus perkara dengan bijak dan sopan santun sesuai situasi sebagaimana perjalanan yang telah lalu menemani.
Hei. Lelaki!
Warning ini aku tujukan pada-Mu!
Jika bawaan ketidak-Enak-an sifat yang kau miliki terhadap siapapun, terkhusus pada perempuan tentang hati dan perasaan. Maka saat setelah membaca tulisan ini, nyatakan ia secara gamblang juga blak-blakan langsung face to face dihadapan nya. Apa perasaan mu saat sekarang ini juga?
Jangan menggantungkannya!
Jangan meng-obral janji padanya!
Jangan memainkan segala perasaannya!
Jangan sampai kau tersindir melalui story WA, IG, Facebooknya bahwasanya, engkau masih ke-abu-abuan!
Sejatinya, ia ingin mendengarkan penjelasan dari hati ke hati dan juga merindukan kepastian pasti, titik!
Adapun diluar itu,
mari! Menyendiri dan melakukan introspeksi terhadap kelakuan selama ini, apakah pantas berlama-lama sementara dirinya berharap didatangi bukan di penakan apalagi sebagai kenangan.
Bukankah Perempuan merupakan sosok seorang ibu?
Demikian...
~Teruntuk Engkau
#MenuliskuSebabMerdeka
*Pdt
Belum ada Komentar untuk "Ayang. Bersediakah engkau!? "
Posting Komentar