Spirit Optimisme

Langit mendung hanya salah satu ciri akan turunnya hujan namun, tanpa mendung pun jika Tuhan menghendaki tetap mengguyur wajib membasahi. Begitupun, dengan kumpulan awan hitam di langit biru yang tidak selalu diartikan turunnya hujan. 

Lantunan-lantunan doa mulai terdengar bersahutan di Toa Musolla kampung halaman. Kala itu, berkumpul wanita-wanita pejuang demi mencari barokah sang maha guru juga Pahlawan Nasional. Sebagian dari mereka memiliki kapasitas pengetahuan intelektual dan keagamaan yang tidak diragukan, berbalut kostum agamis anggun sebagai ciri khas yang dikenakan saat bepergian. Ia... Mereka adalah wanita dengan komitmen dan tekad yang se-Frekuensi guna memajukan wadah organisasi. 

Organisasi tersebut merupakan himpunan wanita-wanita yang secara majazi dimaknai sebagai kekuatan agama, mereka bersinergi berdiri kokoh sejak periode cukup lama. Artinya sudah membumi sebagai perkumpulan namun, kenyataannya telah mati suri dan mengalami kebangkitan hidup kembali pada tahun 2022 saat ini. Sesosok inisiator ulung muncul dengan tingkat kepedulian tinggi terhadap masa depan Wanita-wanita bergerak berlari merangkul mengayomi tentunya, selalu ngiring fatwa sang maha Guru. Berbekal ridho dan Tabarrukan dari beliau, serta melanjutkan estafet perjuangan demi mensyiarkan organisasi terutama Nahdlatul Wathan melalui Perkumpulan bernama Putri Nahdlatul Wathan (Nahdhiyat NW). Nahdhiyat NW di niatkan sebagai jembatan untuk merangkul wanita sebaya dengan masa perkiraan usia antara 17-35 Tahun untuk  bergabung menciptakan perubahan yang lebih besar sesuai wasiat/instruksinya dan doktrinal sang maha Guru. Perkumpulan ini, tidak pernah melihat latar belakang setiap anggota ke anggota lain, Semua sama, karna baginya satu keluarga, sama-sama belajar menjadi pribadi yang lebih baik dan tentunya murid setia sang Maulana.
Setelah pembacaan do'a hizib panjang, shalawat atas nabi, Ayat-ayat suci dan doa mustajab lainnya, dilanjutkan dengan pemaparan agenda serta memperkenalkan organisasi yang disampaikan oleh ketua setempat dan "Alhamdulillah, saya dipercaya memimpin oleh kawan - kawan hebat yg duduk setara saat ini. Secara personal tidak pernah menyangka atas sebuah tanggung jawab besar yang diemban ini, Tanggung jawab yang mengharuskan selangkah lebih peka terhadap keadaan sekitar, memahami dan merangkul setiap anggota.

Perasaan ketakutan, ketidaknyamanan dan ke ilmuan yang terbilang kurang, melawan itu semua dalam menyampaikan sambutan tampil mewakili pengurus lainnya. Intonasi suara terdengar sedikit mengalami grogi ditandai nafas yang tak beraturan, sesuatu yang sudah dikonsepkan sebelum pertemuan itu lenyap/hilang begitu saja, terlihat pandangan dari satu mata kemata lain membuatku semakin tidak yakin untuk terus berbicara namun, apa mau dikata. Ibarat nasi sudah menjadi bubur: suka ataupun tidak perintah tetap harus terlaksana. Paling tidak memberikan sepatah dua patah kata. Dalam benakku terlintas mindset bertolak belakang, belum bisa memikirkan dengan baik kosa kata yang setiap telinga indah mendengarnya. 

Kenapa bisa seperti itu? 
Apa diri ini tidak pernah berbicara diforum? Atau memang tidak tahu tatacara berbicara di depan umum? Namun, dirasa tidak! 
hanya saja, pertama kalinya untuk berbicara sebagai ketua langsung di depan wanita-wanita hebat dan para tokoh masyarakat yg luar biasa dengan legowo menyempatkan diri hadir. "

" 'Jika grogi saat berbicara di depan umum, coba pijak dengan keras jari jempol kakimu'
" sekilas, teringat trik jitu yg di ajarkan semasa belajar di pondok dulu, dan diri ini langsung mempraktikkan, beranggapan bahwa diruangan ini hanya ada saya yang berbicara. 

Faktanya, terlihat tenang saat menyampaikan meskipun banyak kalimat terdengar terjeda "eeee"... Pertanda grogi Tidak kunjung usai, hal itu juga minimnya publik speaking. Bagaimana tidak persiapan dilakukan menjelang H-1. Yaahh...! Ini akan menjadi salah satu pelajaran besar untuk diri agar pada sambutan di event setelahnya dapat dipersiapkan segala sesuatunya lebih mateng. 

Kurang lebih 15 menit menjelang sambutan saya tutup, dengan ucapan permohonan maaf tentunya atas kekurangan dari acara pun penyampaian yang sudah diutarakan. Tangan yang masih dingin perlahan menyerahkan microfon kepada Master of Ceremony detik itu. Muka yang masih pucat serta nafas yang sudah tak beraturan, rasa malu yang sudah tak terbendung lagi, logika mulai diserang kalimat-kalimat tak mengenakkan dari diri. Kenapa tidak mempersiapkan secara matang?
Kenapa seperti itu penyampaiannya?
Kenapa ketua masih terlihat grogi
Harusnya bisa lebih tegas dan lugas dalam menyampaikan.
Mindset mulai menjustis diri. Namun, lagi-lagi berusaha terlihat tetap tenang dengan memasang senyum lebar pertanda semua Baik-baik sahaja. 

Acara berlangsung sekitar 40 menit setelah doa bersama usai. Saat setelah susunan acara terselesaikan, dan diakhiri pembacaan Do'a. Perasaan lega terlintas pada diri ini hingga kalimat "Aamiin" Tepat terdengar paling dalam. Semua jamaah mulai menikmati ala kadr yang sudah disiapkan oleh tuan Rumah namun, sebagian dari mereka pulang lebih awal, nampak juga terlihat sedang memilih mencari tempat duduk ternyaman. Ada yg membuat lingkaran terpusat hanya untuk sekedar makan bersama yang diselipkan cerita-cerita serta canda tawa. Sementara, diriku lebih memilih keluar ruangan untuk menghilangkan rasa haru dibarengi kelegaan menikmati angin sepoi berhiaskan rintikan kecil yang mulai membasahi. 

Berharap melepas semua perasaan insecure yang ada dengan memberikan ruang terbuka lebih demi intropeksi diri. Menghilangkan kata "seharusnya" Yang mulai menggerogoti alam pikiran. 

Hati ini terus bergumam membisik menenangkan diri dengan kata-kata "tenang, ini baru permulaan? tidak mengapa salah? It's okey! Terpenting berani tampil perlahan tidak semua harus terlihat sempurna secara instan"

Terdengar suara kaki mulai mendekat, aku pasang telinga kuda untuk berusaha mengenali searah suara utuh tapi, nihil tidak terdeteksi baik, tiba-tiba leherku bergerak menoleh tampak terlihat senyum manis wanita paruh baya menghampiri dengan menggandeng Baby boy sedang belajar dapat merangkak pelan berjalan. Wajahnya berseri melempar senyum ia ingin menyapa namun tidak mungkin karena belum dikenali. Sebagai yang lebih muda tentu senyuman itu aku balas lalu memberi sikap menundukkan kepala sebagai tanda hormat. 
"Kamu hebat nak? " Lirihnya menyapa. 
Aku tidak pernah berpikir bahwa kalimat itu akan menyambarku bahkan, aku ingin mendekati mempertanyakan untuk siapa kalimat itu terucap namun, Lagi-lagi sosoknya kembali berkata "Ibu pingin, anak ibu besok seperti kamu nak. Bisa berbicara didepan semua orang menyampaikan kebaikan dan mengajak orang pada kebaikan. Dengan usia yg masih muda kamu terjun berjuang menyebarkan organisasi mu, menghabiskan masa mudamu dengan hal-hal yg positif dan insyaallah berkah nak. Asal kita ikhlas!." 
Dag digunakan dug... Kalimat yang cukup menjadi cambuk sekaligus obat penawar bagi hati ini. Bagaimana bisa pujian itu ia berikan? Diriku yang merasakan nervous tinggi, insecure, bahkan dengan public speaking yang amburadul tidak terkonsep itupun bisa mendapatkan pujian sebagus ini. Kenapa aku justru merasakan ketidak adilan. Bagaimana bisa dipuji? Apakah ini pertanda secara tidak langsung meminta agar supaya lebih baik lagi selanjutnya? Apapun yang terjadi mempersiapkan diri lebih matang untuk sebuah pergerakan dan penyampaian wajid hukum nya. Namun, jika boleh jujur kalimat yang dilantunkan olehnya, seolah menjadi penawar bagi diri sekalipun secara Rasionalisasi menolak keras. Setidaknya bisa menenangkan hati yang selalu merasa kurang sempurna.
"Terimakasi Bu. atas pujiannya, namun saya juga masih belajar. Saya yakin anak ibu pasti bakal jauh lebih hebat dibandingkan yang berbicara ini. Harapan ibu adalah bagian dari Bibit pejuang yang akan meneruskan estafet pergerakan serupa ini tentunya, 10 langkah lebih maju dibanding saai sekarang"Lagi-lagi beliau memberikan senyuman manis disertai sahutan Amin...

Ternyata benar sudut pandang seseorang belum tentu sama dengan yang lain, disaat kita merasa kurang, orang lain justru menganggap itu sebuah kelebihan. Kita hanya perlu memupuk rasa syukur kepada-Nya yang selalu memberikan kemudahan disetiap kesulitan. Yang selalu menyadarkan dengan perantara tanpa perlu terka. Dan benar Tuhan akan selalu membersamai hamba baik, dalam suka maupun duka. Asal kita tidak menjadi pelupa.

Panjang umur Orang-orang baik! 🌹
Optimisme kunci segala keresahan. 
*ElsaRose.


Belum ada Komentar untuk "Spirit Optimisme "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel