Tenangkan Jasad Melebur Sak Wasangka
Jumat, 01 April 2022
Tambah Komentar
" Aku " Sebagai Subjek. Ingin berkata:aku ingin maju setapak melewati-mu, ragu ku.
Sebutku dalam kaca yang menembus ragaku menghadap segala yang rupa.
Eh. Niatku ingin bercermin. Kenapa malah berkaca!?
Bukankah seharusnya bercermin, dapat melihat bayangan jasad memantul tanpa kekurangan fisik sekalipun daripada sekedar introspeksi diri dalam sifat yang tidak nampak?
Berselonjor dua kaki, lalu ku hadapkan mengarah timur hanya berniat untuk menghilangkan sempoyongan kalang kabut kebingungan, ternyata tidak tersolusikan, (Nol Besar). Ternyata, itu hanya 10 Jari kaki bukan ketenangan hati.
.
Ku gelengkan kepala Ke-kanan menengok pintu gagang silver, berharap ada Rahmat kasih sayang namun demikian jua, tak satupun membuka apalagi memberikan fatwa.
.
Tangan-ku menarik gorden biru dongker melipat kusut menyatu membentuk hiasan, mengeluarkan suara serta menjadi nada, sssreettt. Criiinkk. Seeetts... Niatnya dapat menghibur jika ditambahkan beberapa bait lagu lepas seketika tetapi, tidak juga reda. Meredakan tanya yang tidak terkontrol di alam halusinasi liar kemana-mana.
.
Puluhan story terlewatkan tanpa terbuka oleh dua jempol nakal, hanya dipantau mata, di baca hati, disuarakan mulut jika menarik dan disimpan oleh hati jika mengenakan di jiwa. namun sayang, hanya saja terjadi di dunia maya semata. Bukankah yang ril dan fakta adalah kebutuhan segala perubahan membimbing sanak saudara family keluarga serta warga?
.
Mata melihat lentera warna kemilau, nun jauh dipenghujung tiang listrik diselimuti lebatnya daun serta jambu air berbuah hijau, inginku meminta pada yang punya bahkan untuk membayar sekalipun aku siap, yang penting dapat di olah menjadi rujak untuk santap bersama dalam circle centre. Duh! Nikmat. Opss! ternyata, hanya kata dan bahasa bukan tindakan. Toh juga jika terjadi, hanya mulut dan tenggorokan mengecap, setelahnya tinggal nama tidak mengubah gesekan spritual rasa.
.
Ramadhan menghitung jam. Akan tiba masa kekeringan tenggorokan, kemalasan kaki bergerak, gerakan bibir mulai terus mencibir, keliaran mata kedap-kedip, kelunglaian jasad menopang badan, kebisingan speaker menggema bersahutan, dan sumringah Ummat berkharisma saling menyapa.
Tenggorokan tak lagi basah tiga kali sehari bahkan lebih, ia akan bertahan demi sang tuan. Kaki tak lagi melangkah jauh berjauhan akan selalu bersilang bersentuhan satu sama lain terlentang sembari bibir terus mengoceh hingga khatam sebungkul Al-Qur'an 30 Juz. Kedipan mata tak lagi sembarangan terlepas memandang sesama apalagi bukan termasuk bagian mahramnya guna menjaga pahala puasa. Seluruh anggota tubuh akan terus menjinjing bagian lain demi menjaga stamina sholat tarawih saat waktu tiba. Toa speaker riuh menggema dengan sholawat puji pujian setiap malam mendendangkan syair Al-Qur'an, hamba mana yang tidak tenang dengan senyum khas aura pencinta Syurga?
Marhaban yaa ramadhan.
Jasadku merindu ampunan kebaikan bukan sebab kegalauan kehambaan akan tetapi nilaimu tak mampu di pena kan dengan ranting seluruh pohon menyatu dan derasnya samudera lautan tanpa batas menjadi tinta. Sahutku dalam bisik ialah duhai Ramadhan, setiap detikmu merupakan bagian dari rahmat, maghfirah, ifkumminannar-Mu yang menjadi penawar keresahan.
*PenaDeddet.
Belum ada Komentar untuk "Tenangkan Jasad Melebur Sak Wasangka"
Posting Komentar