Pujian Kata Bukan Retorika
Selasa, 31 Mei 2022
Tambah Komentar
Aku sudah mulai jarang memuji, kepala ini tak berniat lagi mengangkat nama sesuai hari puji. Tinta virtual ini mulai enggan melambungkan subjek yang menawan dan mengikat hati. namun, hati ini percaya bahwa kalimat pada seluruh bait ini ingin memanggil sosok insan agar lebih dekat dan faham hakikat rasa gengsi namun tak berucap akan tetapi bercap dan memiliki Simbolisasi walaupun sekeder kata.
Akhir Mei, ingin-ku kenang dan tulis lalu tintakan dirimu dengan bercak-bercak bernama pendekatan, pendekatan yang tidak perlu kau ulas gamblang. Pendekatan yang tidak perlu tanya berulang dan memancing berkesinambungan.
Rasa-mu mungkin saja mengutarakan, juga mengungkapkannya namun, aku selalu menggiring dan non response pura-pura balik tanya tentang hal yang sudah diketahui. Eitss aku teledor se-paragraf. Well, will be back.
Setiap perjalanan selalu mengikutsertakan kebaikan, mengikutsertakan ketidakenakan, mengikutsertakan balas budi dan pengharapan. Atau barangkali ada maksud terselubung yang coba disamarkan. Bagaimana? Pantaskah hal demikian?
Ketahuilah, untukmu oknum insan seorang. Coretan kali ini kembali tidak mengulas kronologi maksud awal tentang "kenapa", yang jelas jangan tanya! Carilah dengan intelektual analisa kepemilikan tajam personal-mu.
Jarak yang kau renggangkan ber-effect banyak aspek lalu menular mengikrar menjadi perubahan diri. Terutama karakter atas pantauan kedepan dan masa depan yang akan dibawa kemana dan di stir oleh siapa,? tergantung pendekatan bersama orang mana engkau kala itu walau tanpa ungkapan dan kelakuan...
Menjadi dewasa itu sebuah proses panjang, apapun problema datang menyapa meski disikapi dengan bijak dan professional meskipun harus menahan berontak berantakan angan-angan, bukankah rasa itu bentuk paksaan atau menjadi kewajaran kesungguhan makna dewasa? Tak tergesa dan selalu woles secara fisik serta mampu menggandeng situasi sosial juga community. Begitu sikap kau tampakkan.
Memohon bantu bukan berarti terpaut pada satu rasa, satu angan juga tidak bermakna agresifitas sendiri tanpa yang lain dalam asumsi sama. Bisa jadi bentuk keharuan nan keihklasan instan.
Spekulasi tak mampu menembus sasaran hati hanya melingkup tebak-tebakan dan untung-untungan, perkara hati dan pikiran milik tuhan dan pribadi perasa.
Memang, hal itu mutlak kebenarannya. Sebagai normal manusia adakala-nya memilih "menjadi" diperlukan tanda dan kriteria yang tak mungkin tercatat maupun terungkap, hanya perlu ditilik atas perilaku dan kebiasaan. maka,tercapailah ingin angan atas usaha ikhtiar yang ditawakkalkan.
Selama ini, dan sampai pada masanya akan menjawab kronologi perjalanan, pendekatan spekulasi, tingkah, kebiasaan di waktu yang tepat, diwaktu yang tidak perlu memiliki penjelasan panjang hanya akan menjadi pembuktian secara kasat mata dikehidupan menjelang usia senja...
Senyum-mu menggambarkan harap, tatap-mu mengekspresikan erat, sentuhan-mu mendekatkan qolb fuad, jarak-mu implementasi tho'at . dan daku cukup bodo amat, memilih aksi tak sekedar janji.
Inilah kata untuk-mu, menjelang perubahan janji malam dalam perubahan Masehi pada kalender pemerintahan pukul 00.00 dini hari bulan ini, terimakasih telah mengingatkan atas kesadaran dalam doktrin catatan-catatan pena pertemuan lini kehidupan.
🤗
#MenuliskuSebabMerdeka
Belum ada Komentar untuk "Pujian Kata Bukan Retorika "
Posting Komentar