Spekulasi Semu?

Hanya anak kecil Usia Dini yang hanya dapat dipercaya jatuh nya murni tak perlu deskripsi apalagi harus mendalami riset meninggi dalam kondisi penuh instrumen dan mengedepankan teori. 

Jika terjatuh membuat-mu ingat memang lah wajar, sebab jalan terjal yang selalu berliku dan berbatuan adalah warning alam. Maka menopang dengan punggung, menyangga dengan kaki, bergemuruh dengan dentuman nyaring suara geram, merupakan refleks kekuatan dan kepanikan. 

Suara tetap lah bergelora mencari frekuensi setinggi level naik tangga, lupa langkah, melupa jumlah garis marmer, juga lupa jalan turun dan menyangkal pernah menaik tanpa sadar pintu keluar. Oh! Ternyata, sekedar spekulasi semu. Ia ternyata berada dalam lingkungan prosesi panjang dalam upaya melakukan kalkulasi detail tanpa terlewatkan. 
Aku mendengar harusnya aku memercayai dan mengamalkan. Semestinya aku iya, jika dijelaskan. Sebaiknya aku menexplainkan lalu berharap didengar juga ditelingakan. Ah itu Spekulasi Semu saja. 

Penuturan sebagai cerita lama yang hanya dilontarkan oleh perasaan sahaja, jika beralih berdalih maka tak bernama, hanya kata simbol bahwa ada respon dan suara penyambung komunikasi semata. Jelas. Hanya spekulasi saja!  
Terimakasih. Itu, cukup baik untuk didengar dan dibelajarkan. Sadarkan dan katakan serupa. Semu! 

Layak untuk di kata, bahwa bercermin sebagai pantulan akan keadaan lama yang saat ini membelenggu menyerta dalam masa berganti di manusia berbeda. yang mana, Tuhan sengaja putar di subjek lain dengan kedahsyatan skenario-Nya. 
Cermin adalah beling-beling tajam yang mengkategorikan diri insan lemah jika dianalogikan melebihi "Bunga putri malu" yang hanya tersenggol sesenti saja ia akan merunduk tersipu walau dengan lembut selembut kapas putih tiupan nafas terhembus tanpa disengaja. Sadarku. Hanya Spekulasi Semu.! 

Kelembutan yang menghantam benteng keyakinan menjadi kebodohan,ia aku istilahkan. Kebodohan mengikuti hasrat hati yang bertuan-kan firasat bukan kemauan. Kebodohan mengedepankan keyakinan sementara ia lupa sifat-sifat kemanusiaan normal. Kebodohan perilaku yang mengais rasa iba namun itu hanya pada jangka pendek semata. Kebodohan yang berkiblat atas angan-angan didorong karena kata dan pertemuan. Serta kebodohan menolak perjuangan yang di pondasi-kan sejak rentang usia karatan. Ah. Jangan percaya obrolan ini, Hanya Spekulasi Semu! 

Banyak temuan manusia yang menganggap omongan tidak sepenuhnya dapat dikategorikan menyerupa perbuatan, kadangkala banyak kata ketimbang kelakuan. Berlebihan bercerita tetapi tidak mengerti alur mulai dari bait serta pemilahan rujukan benar atau sumber yang tidak jelas sesuai fakta lapangannya.

Percakapan berantai termasuk issue berjenis hiperbola. Bertutur dengan limpahan kalimat yang keluar dari substansi inti yang didengarkan dari dan ke telinga insan sekitar, tentu belum sepenuhnya ditegaskan benar sebelum di Tabayyun kan. Sementara, Aku memercayai bahwa epilog-mu hanya semu semata, hanya demi nawaitu mencari aman dan menjaga ketentraman dan kedamaian jiwa nan rasa, bukankah demikian? Atau mungkin istilah tepat berpura-pura. Demikianlah, Spekulasi Semu mengungkapkan Kebenaran serta persembunyian dibalik kalimat-kalimat lembut mu. 
Spekulasi yang baik bagi Pelantunnya yaitu benar qoulihi wa fi'lihi serta tepat sasaran dengan tidak menyimpang jauh dari peradaban masa dalam lingkup segment cerita dari kronologi dan sejarah sesaat terjadi peristiwa. 

Kalimat-kalimat yang keluar terurai dari mulut Bibir tentunya menghasilkan makna dan timbal-balik suatu dialog keilmuan, hal itu tidak terlepas dari ciri seseorang menampakkan integritasnya, memunculkan sifat kebijaksanaan serta mencirikan generasi sosok leadership masa depan. Oleh sebab demikian, jadikan Spekulasimu tampak lebih kredibel, elegant dan membanggakan dalam urgensi tertentu. 

#MenuliskuSebabMerdeka
*PenaDeddet

Belum ada Komentar untuk "Spekulasi Semu? "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel