Pojok Mulia Kesucian

Kau tampar wajahku dengan ketindihan. Kau cincang hatiku dengan kesholihan. Kau lebur jasadku dengan sanggahan. Kau coreng muka ini dengan tinta ketawadduan. Kau lepas lalu kau relakan. Apa maksudmu? Tuhan... Sementara aku mempertahankan-mu dengan banyak menduga terka perasaan lain.. Kau anggap apa diriku!? 
Mengapa begini? 
Ta'dzim dijadikan dalil mutlak atas keputusan. dan keputusan adab-mu yang kau tampakkan pada nasib mendatang... Pantaskah aku meninggalkan dirimu dalam keadaan tidak berpikiran? 

Tidak tenang perasa sangka yang menempel disaat saat segala orang mengharapkan-mu mendekap dan merangkul kalam sebelum kau terlepas ke kolam dilematis. 

Aku,.. Ah.. Aku sulit memberimu paragraf tentang kondisi yang sekarang menimpamu.. 

Aku, ahhh... Aku masih bersi kukuh dengan komitmen ku.. Aku, aku tetap menjaga integritas pribadi yang tetap pada fokus. fokus memperbaiki diri sebelum memperingati dan menasihati lebih banyak manusia antri berdiri. 

Aku,... Akuu lelah menyadarkan pikiranku agar terarah dan tegas menghadapi segala kalimat dibelakang hari, suatu saat nanti. 

Aku tidak mengerti.... ! 

Kau memberi kabar dengan mengulangi ulang keadaan yang menerpa-mu. Padahal aku sudah tau! dan kaji secara personal dengan rumus berbagai konsep kehidupan. Kau tetaplah utama pilihan, dikau masih sama sebagaimana layaknya adik dengan kakaknya. Tidak ada perubahan. Tidak ada karakter yang menyimpang. 
Tidak ada pula kesalahan yang pernah aku layangkan beberapa hari semenjak kepergian itu. Kepergian yang menurut-mu tidak patut, kepergian yang menurut-mu ceroboh dan tidak tau diri. Kepergian yang kau anggap sangat kau sesali. Namun, bagiku itu perjalanan suci mulia yang tuhan sedang sharing ke kebeningan air dalam gelas kaca putih murni dalam dirimu. Pojok satu tidak mengerti tentang kemuliaan pojok ujung pada sisi berbeda. Tuhan-lah sebaik-baik pengatur kenyataan serta keterbuktian. 

Ah.. Aku tidak mengerti.! 

Akal layak dan tepat diposisikan menjadi sebuah analisa kajian ruwet secara mendalam, setelah kabar itu benar-benar datang menggeruduk pikir insting masa yang tersebar. Tetapi, akal itu kau kelabui. Kau juga samarkan pada pemilik harapan jauh sebelum terjadi kejadian. 

Humm... Aku tidak faham.! 

Tiada lain pemikiran ku saat sekarang, hanya bagaimana Tuhan mampu menyentuh hati-mu dalam menggapai kebijaksanaan melalui takdir takdir yang manusia dapat kendalikan sebelum kemudian menjadi baku sebagai ketentuan mutlak takdir Tuhan. 

#MenuliskuSebabMerdeka

Belum ada Komentar untuk "Pojok Mulia Kesucian"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel