Bukan aku tapi kamu!

Jika benar-benar mengikuti fatwa pengikutmu pasti kau dengarkan seluruh bisikan itu. takkan kau abaikan segala tindak tanduk sekitar mu. kau pernah berkata jika suatu saat ingin memberi jawab dan jawaban atas tanya terdahulu. Namun, mengelak! malah memilih bermesra dengan janji qoul tak konsisten yang penuh drama seolah bersikap Jumawa. 

Terarah, semakin meramu menjadi bukan perlahan menghindari. Bukan lagi kerenggangan sikap namanya jika, nama baik telah dibawa kemana -mana melainkan bernama harapan merangkul membersamai tanpa mengerti pokok genderang pikiran dan tak tahu gemuruh hati juga gejolak jiwa. 

Tersiar berita ditengah gemuruh sosialita hingga diperdengarkan sampai pada ditelinga melalui media, melalui mulut-mulut manis berantai,  diperdengarkan hal serupa berulang kali. Penasaran itu kian merapat memperjelas tata letak setiap fokus dengan insting absurd dengan metode pemanfaatan telinga merapat tanpa samar melayang-layang ke udara namun, ternyata benar pada kenyataannya kedua pendengaran meramu menghayati tentang mutlak kebenaran. 

Sungguh Singgah transit dibeberapa tempat menjawab bahwa bukan padaku tetapi padamu. Singgah tidak berati nyata menemukan, hanya ingin istirahat dari dentuman yang memekik gendang telinga walau lembut dalam retorika bahasa. Informasi tanpa klarifikasi itu menyerang di berbagai headline insting dengan lancar tanpa saringan begitu saja. 

Beberapa hari terakhir publikasi coba diredamkan, ditahan, sengaja kemudian direnggangkan hingga mencapai target dalam beberapa bulan terakhir tetap tidak disebut namamu, tidak ku kenalkan kepada siapapun jua, demi apa? Demi untuk mengamankan status baikmu. 

Semoga bukan aku maksud bayangan itu hingga diri ini beriktikad atas nama raga dengan respect melebihi jasad jiwa. Namun apa yang terjadi? Regulasi diri melebur masa tersebut dengan tetap saja lekat dan lengket dipelupuk mata. Berderet-deret mereka menyaksikan tanpa mengelak tidak ada yang disembunyikan, tidak ada kompromi diantara mereka. Segala problema terceritakan secara seksama,tidak memberi janji dalam langkah, tidak memberi harapan dalam sikap dan sengaja mendekatkan secara emosional kebathinan, tanpa dimintapun diriku mengakui cara-cara itu. Pertanyaan. "siapa yang menjadi figuran sejatinya? Yang benar-benar ataukah yang terlanjur dan atau juga memberi harapan dalam setiap dialog telpon bahkan saat duduk bersama sembari berjuang dalam dalil kesempatan. Siapa! Siapa.!? 

.....Bukan aku tapi kamu! 
Kalau boleh di umpamakan lebih baik tidak Berstatemen tetapi menghormati dengan sikap dari pada serius berdialog dalam keterlanjuran malam, kelangsungan angan dan sudut pandang mendatang, dalam konteks dalil perjuangan. Artinya memiliki janji ikatan masa depan.! 

Kau menodai dan melangkahi kewajiban komitmen diri, keadaan. Sementara kehendak lain yang kau anggap fardhu kau lawan.? Lantas! Justismu selalu menyudutkan sepihak tanpa memikirkan siapa yang memihak? 
...Bukan aku tapi kamu! 

Attention!
Lupa engkau akan pertemuan yang mempertemukan diriku dengan orang-orang yang terhormat dalam meja persegi itu.? 
Lupa engkau tatkala jempol tangan mempertahankan symbol merah beberapa menit berjalan lalu mengulang dua kalimat sama hingga diiyakan dengan nada "Ngiring, ngiring! insyaallah" Lantas siapa sebenarnya!? 
.....Bukan aku tapi kamu.! 

Beberapa hari, minggu, bahkan bulan terakhir ini muncul perlahan menampakkan distorsi. Distorsi kebaikan tetapi mengekang was was kewibawaan. Memang Fakta, tetapi perlahan menjadi gelinding bola. 

Percakapan saat itu tidak cukup berakhir usai disitu, tidak cukup membuat rasa bangga tidak pula membuat canggung ketentraman hati. 

Berharap dalam harapan moment itu, turun naik putaran keadaan waktu berproses tanpa protes walaupun lama. Kunamai ia menjadi "Membiarkan mu dalam kurun waktu hampir puluhan tahun sebagai upaya merelakan, membiarkanmu pada jiwa lain demi menjaga kemurnian suci. Manusia tidaklah menyerupa malaikat dengan beribu tahun sujud, bukanlah anjing yang jika diberi makan 3 hari akan mengingat tuan selama tahunan lamanya. Manusia air mendidih dalam bejana, di lepas sementara bisa beralih, beterbangan kemana arah angin berhembus.
Terus berhembus tanpa angin, terus berhembus tanpa oksigen dan mendekat saat dipaksa tanpa peduli nyonya bukan tuan. 
..... Bukan aku, tapi kamu!!! 
#MenuliskuSebabMerdeka

Belum ada Komentar untuk "Bukan aku tapi kamu! "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel