Perjalanan Ahlul Ilmi Bersama Hikayat Sasak

‌Ulama' yang sempurna dan dimuliakan. Abulaytam waabul madaris sebagai penjeda. 
‌Tidak hanya memiliki jejak menjadi penyampai ulung dalam dakwah, tidak hanya mengingatkan jamaah saat lalai syariah. 

‌Tidak hanya menasihati pencinta nya dengan kalimat sanjung dan ungkapan cinta dalam setiap kata keindahan syurga, ia juga peka dan tahu letak porsi dan fakta aktual senyata-nyata, setajam masa zaman membentang melebihi khatulistiwa.  

‌Ternyata, dalam moment tertentu juga ia gemar membaca Hikayat (Bekayak) di tengah kepungan era tekhnologi canggih yang bisa saja setiap orang dapat menekan tombol "Play" Sebagai automatik playing tanpa melakukan pembacaan di kitab klasik lusuh, menyia-nyiakan waktu dengan jika itung-itungan begitu. 

‌Pembacaan Hikayat biasanya dilakukan oleh dua orang atau lebih. Ada yang membaca dan adapula bertugas menterjemahkan menggunakan bahasa daerah setempat yang dapat dicerna oleh masyarakat lingkungan sekitar. 

‌Setiap topik Hikayat akan menyesuaikan atas peristiwa tertentu. Semisal diantaranya: saat Kematian, mauludan, sunatan, akikahan, pernikahan dll. Maka, Kitab yang dibaca juga akan mengikuti apa bahasan sebagaimana topik yang ditentukan. Kira-kira pembagian nya demikian. 
Setiap ulama' memiliki kelebihan dan keahlian keilmuan yang berbeda-beda. Bagaimana akan Ilmu dan syari'at agama? Tidak perlu diragukan.! Namun, akan menjadi sebuah bahasan ketika sebagian ahlul ilmi dapat mengkombinasikan adat dengan syariat agama dalam jalur serupa tanpa melakukan pertentangan dan pemasyarakatan golongan. Artinya tidak terjadi tumpang-tindih berlebih, semuanya berjalan laksana air mengalir deras yang dikendalikan oleh pekasih. 

‌Beliau, suatu masa menjadi pembaca dan penterjemah di Peringatan isra' mi'raj Nabi besar Muhammad SAW sekitar 4-5 tahun silam. Cengkok khas, dan Nada berunjak, turun naik melalui tembang-tembang iringan nada disaksikan sekelompok pemuda, remaja, juga golongan tua hingga yang tak terhitung jumlahnya pendengar melalui udara dan pengeras suara belum lagi berbicara makhluk tak kasat mata. Seluruh nya memerhatikan tanpa tertinggal sejeda. 
Dalam bab bahasannya, dirujuk/topik tema beliau yakni mengenai perjalanan isra' mi'raj. Perjalanan turun nya perintah sholat yang menjadi perdebatan Malaikat dan penerima wahyu, antara nabi dan rasul, antara Tuhan dan malakut, antara Muhammad dan Tuhan. 
‌yang menjadi point penting ingatan dari beliau dalam hal menyatakan melalui sikap dan ulasan harian sesuai dengan yang tertulis dalam perjalanan mengarungi samudera Tuhan yang tertuang di dalam kajian kitab Hikayat klasik itu adalah tentang firman Allah atas diterimanya perintah mengerjakan ibadah sholat rawatib menjadi 5 rakaat dalam sholat sehari semalam oleh baginda nabi rasul Muhammad SAW yang sebelum mencapai bilangan 50 an Lebih. 

‌Terbukti nilai-nilai dalam kitab tersebut bahwa, apa yang disampaikan oleh sang Ahlul ilmi (beliau) bukan hanya air tumpah yang tidak menyuburkan dan memunculkan tunas baru. Melainkan tetesan air itu menyuburkan setiap yang di perdengarkan, mentelingakan kuping dengan pembacaan diri pribadi setiap personal orang dengan adanya interaksi koneksi bersama para muridnya. Menyatu dan diamalkan segala saran dakwah yang keluar sebagai Untaian penyubur keasrian jiwa perasaan. 
Tidak cukup sampai disitu, secara khusus keluarga istri anak-anaknya beliau doktrin dengan keistiqomahan akan waktu dan kedisiplinan akan sikap profesional mutlak agamawan secara kaffah. Setiap tiba waktu sholat, beliau melarang keras adanya kegiatan yang berlangsung selama tenggang adzan berkumandang hingga iqomah melantang selain melaksanakan ritual ibadah tepat pada waktunya. 

‌Pantas saja jika musibah dekat melanda, caci dan cerca menyelimuti darah dagingnya selalu reflek mengatakan pada setiap benak pemikiran: "Allah ingat. Allah tempat bertumpu, tidak mungkin problema meninggalkan induknya, semuanya sirna berkat ingatan manusia pada Tuhan nya. Allah Lagi, Allah Terus dan Allah Selamanya. Tidak ada duanya! "
‌Keberlangsungan antara Peradaban dan ketuhanan memiliki sinergitas yang erat diaplikasikan dalam kehidupan selama hayat. Sehingga figur leadership panutan tersemat hingga jasadnya tak lagi dijalankan dan gerakkan oleh ruhiah sejati. Hingga nama tak lagi disebut sebagai panggilan di atas kefanaan alam bumi ini. Akan tetapi nama itu menjadi terkenang sebagai pedoman/Ibroh. Sebagai energi keumatan seantero, sebagai cerita pewayangan sosok penghulu alim dalam babad kebudayaan sosial serta sebagai idola, setiap iya yang mengkaji perjalanan manusia. Sebagai kelampauan kebaikan abadi hingga masa tak lagi berpindah menjadi alam Barzah kemudian. 
‌#2AbulAytamWM

Belum ada Komentar untuk "Perjalanan Ahlul Ilmi Bersama Hikayat Sasak"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel