Mahkota Ego

Semenjak mengenal-Mu dari berbagai sudut relung jiwa yang terus mengusik pikir dan memekik zikir baik Pi'li maupun Qouli. 

Ego menguasai diri, Arogansi membebani dan menutupi kelembutan hati. Aku ingin menangis untuk-mu wahai ego namun, tersendat daripada murka-ku. 

Ingin-ku menyimpan-mu dalam beberapa bulan terakhir untuk menutup tahun ini sebagai pengharapan dari buram dan kelam-nya kepastian malah kau memberi kabar keras-nya info harian  khusus membersamai perjalanan-mu, yang berisi untuk mendekat dan atau sekedar hajat. 

Hingga akhir-nya membuat pikiran ini teraduk campur dengan keputusan yang tidak pernah beres berkelebat diambang kebimbangan.
Jalan panjang memang dilalui bersama, mengharapkan-Mu adalah keraguan yang banyak tanya hingga berdalih dengan banyak cerita.

Sesekali kau sumringah bahagia, sesekali kau memberikan solusi akan Belenggu yang menimpa. Namun, sesekali kau balik ia dengan kekuatan dan argumentasi yang membuat diri ini tidak berdaya. Terhela nafas berhembus setiap saat bersabar dalam sayat hayat.

Tak berkabar dan tidak perhatian. kadangkala engkau datang dengan menyodorkan tuduhan, kadang engkau justice tanpa meminta penjelasan. 

Kini, dua amanah mulai tersekat mengawang tanpa ikatan yang mulai engkau kaburkan juga tanpa dalil kebenaran.

Engkau sisipkan ego sebagai pernyataan kuat membela diri. Engkau sisipkan asih dalam kalimat santun. Kadangkala engkau kembalikan ingatan kebersamaan dengan masa lampau yang berkali-kali dimintai waktu untuk menenangkan perasaan, namun itu hanya membela perasaan yang tidak pernah komitmen dan selalu berubah-ubah dalam pernyataan. 

Ingin sekali dibantu, "harapan-Mu" tetapi tingkah sikap mencemooh dengan melalui katsir kalimat. Ingin diperhatikan"! namun enggan memberi kabar.

Saat renggang kau datang mencecar, dengan menunjukkan bukti lisan dan tulisan. Bukankah bukti permohonan keterangan lebih dulu di acc kan sebelum digunakan menyerang melempar dengan Bermurokkab lisan.? Seharusnya!

Saat semua telah dibiarkan, saat banyak tanya yang muncul dari segala sudut arah jalan, saat itu pula tidak ada beban dan diskusi apalagi solusi, paling tidak bertanya kabar sebagai bentuk perhatian "!? Namun, Nol Besar!.

Saat ingin-ku kepastian, saat ingin-ku diberikan perhatian, dan saat-ku diberikan keterangan-keterangan malah kondisi itu harus mencari perhatian pada yang lain. Tetapi tidak kau fahami dan jalankan.!

Bukan pula semata-mata perhatian akan menjadi pemberian harapan tanpa alasan dan esensi dari pengorbanan.

Tidakkah kau coba dengan merasionalisasikan pikiran  waras-mu dengan baik berdasarkan tuntutan?

Tidakkah engkau mencoba mendetail kan kilas balik segala kejadian yang menimpa-mu sebelum-Nya?

Pernahkah engkau pula membayangkan bagaimana jadinya jika posisi itu dapat ditukar secara utuh penuh?

Andai saja amanah tiga terlontar membasahi gundukan tanah yang dijaga ketat tertata rapi dan tiba-tiba mengeksekusi pikiran ini, niscaya segera-ku menengadah juga akan  menziarahi seraya berdo'a: Telah-ku Tunaikan Segala Perintah-mu, telah juga ku dengarkan tentang keistimewaan dan kehebatan-nya, namun hari ini telah di rusak dan di injak oleh mereka yang ingkar melawan padamu, dengan demikian hari ini cukup-lah ku hantarkan sampai disini, dan akan menepi diri berlabuh bersama Nahkoda yang mengerti arah angin dan keras-nya gelombang.


Tertutup-lah kisah dalam derita hati yang hanya dibungkus oleh senyum haru dalam bingkai kesabaran dan anggukan penuh lembut nan tenang. Simbol merdeka berfikir kembali berjalan mengimplementasi sesuai pada porsi dan kebebasan menentukan segala keseriusan berkarya tanpa dilema oleh sayatan jiwa bingkisan haru.

Terimakasih telah memaafkan, dan terimakasih pula mengakui kesalahan, namun maafku dahulukan suara lisan pantang ditarik walau telah terlontar beribu kata maaf yang sungguh memelas kasihan.

Ego manusia tidak abadi yang ada hanyalah ego emosi memayungi segala apa yang terjadi menjelma menjadi jadi walau datang silih berganti.  
#MenuliskuSebabMerdeka

Belum ada Komentar untuk "Mahkota Ego"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel